Page 97 - 9 dari Nadira
P. 97
Geilo ,§. Chudori
d
banting. Lihat bagaimana kuatnya lbu bertahan bekerja i
d
dalam institusi macam U N H CR,4 i mana ia harus meng
hitungi jumlah korban perang yang tak habis-habisnya
sementara setiap pulang kantor ia harus menyediakan
ruang di dadanya untuk menampung keluh-kesah Ayah.
Tubuh I bu tak cukup untuk menampung persoalan Ayah."
Nadira kini diam, tapi bukan karena mendengarkan ka
kaknya. Suara kakaknya terdengar jauh, sayup-sayup, bukan
karena dia menelepon dari New York, tetapi karena Nadira
sedang masuk ke sebuah periode yang aneh, yang gelap, d i
masa kecilnya.
Nadira berbisik pada dirinya sendiri, "Dan ternyata ...
Yu, belakangan aku menyadari, itu bukan mimpi. .. ," Nadira
ters e n yum. i a merasakan asin air matanya, "karena sam
D
pai sekarang aku masih bisa merasakan rasa dan aroma pe
sing air jamban ... "
Nadira berbicara s e ndiri, se t e n gah b e rbisik. Telepon
itu tidak lagi diletakkan di telinga kirinya tetapi kini sudah
t e rkulai d i ataspangkuannya, sementara Nina masih mene
ruskan monolognya.
"Nadira, I bu telah tumbuh menjadi seorang pelukisyang
mengukir langit dengan angan-angannya: tentang sebuah
keluarga yang sakinah, yang manis dan santun; tentang
masa depan negerinya. Ketika kita menemukannya dengan
w a j ah membiru di pinggir tempat tidur dan botol obat
tidur yang menggeletak di sampingnya, mungkin lbu baru
menyadari bahwa apa yang dilihatnya selama ini adalah
hasil lukisannya di langit. Bukan hasil lukisan Tuhan d i
kanvas hidup ... Nadira ... kamu harus menyadarkan Ayah
• UNHCR: United Nations High Commis.sioner f o r Refugees, organisasi PBB yang
melindungi dan membantu pengungsi sedunia.
89