Page 148 - 9 dari Nadira
P. 148
beila §. Chudori
diizinkan bergerak, Niko melakukan sesuatu yang d i a
inginkan s e jak kali pertama d i a bertemu dengannya. D i a
mencium bibirnya. Sebuah ciuman yang panjang, yang tak
memberi kesempatan bagi perempuan itu untuk bernafas.
Sebuah ciuman yang terus-menerus; ciuman yang begitu
dalam h i n gga menancap ke tulang-belulang, ke sumsum,
dan akhirnya ke jantung hati sang perempuan. Ciuman
yang membuat patung l i l i n yang semula terdiam kaku itu
kemudian meleleh dan membentuk dirinya sesuai yang di
l
inginkan kedua tangan lelaki itu. Patung i l i n itu menjelma
menjadi setangkai Nadira yang menyerahkan seluruh isi tu
buhnya kepada lelaki yang begitu berani.
Pada saat itu, dunia betul-betul berhenti; seolah mem
berikan kesempatan kehidupan bagi pasangan baru ini.
***
Tara melongok ke kolong meja Nadir a. Ajaib. Bersih. Licin.
Tak ada sebutir debu pun yang berani bertengger d i situ.
S a timin pasti bahagia sekali karena dia bisa menyapu dan
mengepel kolong meja ini dengan baik, tanpa harus meng
usir empunya meja.
d
"Mbak Nadira sedang makan i kantin. Tadi sama mas
yang ... •
"Ya, ya, ya."
Tara memotong penjelasan Satimin. Sudah jelasdia tak
berminat mendengar nama itu.
"Orangnya tinggi, besar, ganteng, dan .. . "
a ,
"Y M as ... •
"Dan raj in mengantar Mbak Dira ... •
"Y a , ya .... •
Tetapi Satimin nampaknya asyik dengan kekaguman
nya sendiri. D i a tak paham bahwa tingkat kemasaman
141