Page 153 - 9 dari Nadira
P. 153
Ciuman 'f erpan jang
memang penting. Anna Karenina?" Nadira mengacungkan
novel yang luar biasa tebal itu, "kata Niko sebaiknya
digunakan untuk mengganjel kaki meja yang tak rata,"
Nadira terkekeh-kekeh.
"Oh. Jadi penulis mana yang menurut dia hebat?"
Arya tak bisa menyembunyikan nada si n i s dalam
suaranya.
Nadira tak mendengar atau pura-pura tak mendengar.
D i a sibuk menyeleksi beberapa buku yang sudah jelas tak
disukai Niko.
"Robert Browning, minggir. Keats. minggir. SemuaJane
Austen minggir, minggir, minggir. Apalagi Charles Did<ens
dan Thomas Hardy, minggir saja. Nah, T.S. Eliot dan Joseph
Brodsky akan aku bawa. Milan Kundera, Octavio Paz, sela
mat datang ke rumah baru."
" D engan kata lain, Niko tidak menyukai karya klasik
abad 19," Arya menyimpulkan. Dingin.
"Sebetulnya bukan begitu ... ," suara Nadira tetap riang.
sama sekali tidak memperhatikan nada suara Arya, "menu
rut Niko, beberapa karya sastra lnggris abad 19 sering
membuat pemikiran macet. Persoalan utama dalam karya
mereka adalah mencari jodoh dan harta. Dan Kang Arya ...
Aku yakin, sebelum para penulis era Victoria itu membuat
sebuah novel, mereka sudah membuat semacam diagram,
d i mana setiap bab akan ada lk e j utan versi opera sabun. Si
A ternyata anak dari hubungan di luar nikah antara seorang
tuan tanah dengan pelayannya; atau si B ternyata mem
punyai hubungan gelap dengan sepupunya sendiri. .. Semua
seluk·beluk perselingkuhan dan hubungan gelap selalu men
jadi masalah di setiap bab. Masalah perbedaan kelas dan
revolusi industri akhirnya semakin kabur."
I ni pendapat yang sungguh klise. Nadira tak perlu
146