Page 156 - 9 dari Nadira
P. 156

beilo §.  Chudori





                 setengah mendesak.
                       "Kang Arya  ...• • mata Nadira menatap abangnya dengan

                 tajam.
                       Arya mengembalikan tatapan tajam itu. Dia menantang

                 Nadir  a dan mengharapkan serangkaian jawaban yang galak,
                 yang  tegas,  dan  mungkin  defensif.  Yang  serba  Nadiralah
                 pokoknya.  Tetapi,  ternyata  Arya  hanya  melihat  sepasang

                 bibir yang bergerak-gerak tanpa mengeluarkan suara.



                       Kang Arya,  pernahkah  kau merasa  hidupmu  hanya
                 bersinggungan dengan empat dinding /ubang kubur;  dan
                 pandanganmu  hanya  terdiri  dari  langit yang  berubah­

                  ubah  warna.  P e r nahkah  kau  merasa  kau  ingin  se g e r a
                 s a j a   bersatu bersama tanah;  karena ingin bersatu d en g a n

                 segala  z a t   yang ada  d i  dalamnya.  Bukankah kitab-kitab
                 suci  mengatakan  bahwa  kita  semua  didptakan  dari
                  tanah?

                                                                                    p
                        Tahukah Kang, selama bertahun-tahun sejak I bu  e r g i
                                    k
                                                        b
                 meninggalkan  i t a ,   ada sebuah  a t u  b esa  r  yang membebani
                  tubuhku, hatiku, jantungku, yang menyebabkan aku hanya
                 bisa ce/entang di dalam kubur itu,  tanpa bisa h i d u p ,  dan
                 juga tidak mati?

                       Dan  tahukah,  Kang Arya,  t i d a k   ada  satupun,  tidak
                 ada siapapun yang bisa mengangkatku dari lubang kubur.

                  Tara  hanya  b i s a   m e n j e n g u k   diriku  ke permukaan  liang
                 kubur d a n   memberikan wajah simpati. S e i si   kantor hanya
                 bisa  kasak-kusuk  mengasihani  aku,  seorang  wartawan

                 yang  bernasib  malang  karena  ibunya  bunuh  diri.  Yang
                                                           m
                 kemudian tak akan pernah berani  e n j alin hubungan yang
                 seriusdengan lelaki manapun. Di /uar? Sanak saudara kita
                  tak  merasa mempunyai reaksi yang tepat...  antara  rasa
                 prihatin, se d ih ,  kasihan sekaligusamarah.


                                                   149
   151   152   153   154   155   156   157   158   159   160   161