Page 157 - 9 dari Nadira
P. 157
Ciuman 'f erpan jang
Bertahun-tahun, sete/ah aku terpuruk d i /ubang kubur
i t u , aku tak kunjung mendapatkan jawaban: mengapa I bu
sengaja memutuskan pertalian kita. Mengapa /bu memilih
untuk meninggalkan kita dengan car a yang begitu sia-sia.
Sampai akhirnya hanya satu, ya satu l e l a k i yang da
tang dan menyodorkan tangannya. Dia /angsung meng
ambil tanganku dan mengajakku untuk bangun dari
lubang kubur itu. Tanpa ragu, tanpajeda. Dia tak membu
tuhkan waktu untuk berpikir u/ang, karena dia yakin aku
harus bersama dia.
Hanya satu lelaki yang b i s a membuat badan ini hidup
kembali. Dia tidak hanya memandang aku di permukaan
liang kubur seperti yang dilakukan Utara B a y u , t e t a p i d i a
/angsung mengguncang a k u , menyadarkan a k u , bahwa
aku seorang perempuan yang bisa hidup bahagia. Dia/ah
yang berhasil membuat hidup ini berguna. Dia/ah yang
menghidupkan hidupku yang sudah mati. Dan /elaki itu
bernama Niko ... "
Pada saat itulah air mata Nadira runtuh. Seluruh i si
hatinya hanya mampu berhenti di dadanya. Dia tak berhasil
mengeluarkan lautan kata-kata itu melalui mulutnya. Bi
birnya bergetar dan air matanya membentuk sungai yang
meninggalkan jejak di pipinya. Seketika itu pula Arya
menyesal tel ah bersikap begitu keras. i a memegangtangan
D
adiknya dengan pen uh kasih.
"Biar Kang Arya yang menyimpan buku harian I bu ini.
Teruskanlah beberes ... Nanti buku-buku yang tidak kamu
bawa, kita simpan di gudang."
Nadira mengangguk-angguk sembari mengusap air
matanya.
1SO