Page 159 - 9 dari Nadira
P. 159
Ciuman 'f erpan jang
P e rsatuanku dengan Bram ternyata bukan hanya per
satuan sepasang manusia yang ingin h i d u p b e r s a m a , te
tapi menjadi sebuah kontrak sosial antara sebuah keluarga
Suwandi dan sebuah ke/uarga Abdi Yun us. S e buah ke/uarga
Sunda yang sangat relijius, yang dekat d e n g a n partai NU,
dan sebuah keluarga se k u / er yang bergau/ d e n g a n orang
orang P S I . Perkawinan d u a k e / o m p o k yang harus saling
beradaptasi dan mencoba memahami.
Apakah Nina menyadari itu? Apakah Nina tahu bah
wa kedisiplinannya dari dunia akademis akan mengalami
adaptasi yang luar biasa dengan kehidupan k e se n ian
Gilang? Aku tak tahu. Bram juga tak tahu. T e t a p i Nina
tampak begitu bahagia. Dia kelihatan sangat mencintai
Gilang, d u d a yang sudah pernah menikah tiga kali dan
sudah bercerai tiga kali itu.
Arya d a n Nadira nampak khawatir. T e t a p i mereka tak
bersuara. P a d a acara makan ma/am yang l a l u , aku sudah
membayangkan ha I-ha/ yang terburuk; sebagaimana yang
sering t e r j a d i dalam hidupku. Aku se n g a j a menyajikan
e m p e k - e m p ek /enjeran buata.nku sendiri, hidangan yang
/ a z i m n y a berhasil membuat suasana hati anak-anakku
terangkat. Sedangkan untuk makan ma/am, aku memasak
empal gentong Cirebon kesukaan Bram hasil ajaran ibu
Bram.
Bram mengenakan kemejanya yang terbaik; Arya
mencoba memasang senyum, sedangkan Nadira seperti
biasa berupaya kerasmenunjukkan sikap dukungan terha
N
a
d a p keinginan saudara-saudar any , meski aku tahu a d i r a
tengah memasang tanda "waspadaR yang terpancar dari
sorot matanya.
Nadira mengenal Gilang dari beberapa acara pemen
tasan di Taman Ismail Marzuki dan Gedung K e se n ian
Jakarta. Beberapa kali Nadira meliput kesenian di masa
1S2