Page 163 - 9 dari Nadira
P. 163
Ciuman 'f erpan jang
apa-apa. Gilang m em u j i empal gentong buatanku dan
tampak menikmatinya. Dia m e m u j i betapa seimbangnya
porsi santan dan kunyitnya danjuga potongan kucai yang
membuat rasa empal gentong itu se d a p dan segar. P a d a
saat aku menyendokkan se sen d o k besar e m p a l gentong
ke mangkuk Gilang, aku sudah mulai mere/akan anakku
menikah dengannya.
Kami membicarakan anak-anak P r e si d en yang �
karang sudah d e w a sa dan mulai berbisnis. Kulihat, per
lahan, Bram juga sudah mulai jatuh hati pada Gilang,
karena seniman ini memang berwawasan /uas. T et a p i �
be/um meminta diri, Gilang menyatakan sesuatu kepada
Bram dan aku:
NBagi sa y a , perceraian adalah bentuk lain dari sebuah
perdamaian. J i k a itu bentuk yang harus sa y a /alui, maka
saya harus melakukannya. Bukan sesuatu yang sa y a
banggakan, tetapi itu semua harus sa y a lalui, N katanya
mencoba m e n j e /askan posisinya sebagai d u d a dari tiga
mantan istri.
Bram dan aku terdiam. Nina juga tak menge/uarkan
suara apa-apa.
T e t a p i dengan kalimat akhir ini/ah Gi/ang membuatku
runtuh, N/bu, B a p a k , sa y a tak bisa menjanjikan sesuatu
yang muluk. S a y a hanya bisa menyerahkan seluruh diriku
untuk Nina. N
Bram menepuk bahu Gilang. Dan aku paham artinya.
Kami semua ingin Nina bahagia. Karena i t u , kami
hanya akan berdoa. Meski aku t i d a k rajin beribadah, aku
sangat mendntai-Mu. Aku selalu kangen menyebut nama
Mu se t i a p kali aku meminta perlindungan bagi Nina.
Aku ingin dia bahagia.
***
1S6