Page 162 - 9 dari Nadira
P. 162
beilo §. Chudori
Gi/ang mengangguk dengan sopan, NApa rencana �
lanjutnya, Arya?"
Arya masih mengaduk-aduk mangkuknya. Kasihan
betul sendok itu.
·Kang Arya mau kuambilkan em p e k - e m p ek lagi?" ta
nya Nadira dengan nada khawatir. Nadira sangat sayang
pada abangnya itu. Dia tak ingin ada fr iksi di meja makan,
meski Nadira pasti tahu ketidaknyamanan ini bukan gar a
gar a kurang makan.
Arya menatap Gilang dengan t a j a m , NAku hanya ingin
kepastian ... •
·s i lakan Arya, keluarkan pertanyaanmu, • Gilang m�
nyambutd en g a n tenang. P a s t i ini bukan kali pertama Gi/ang
disambut d en g a n dingin o / e h keluarga ca/on istrinya.
·Apakah Y u Nina akan diperlakukan dengan baik?.
·A rya!" suara Bram menghantam.
Tiba-tiba sa j a aku kehilangan n a f a s. Suara bentakan
Bram yang jengkel itu tidak membuat Arya merunduk. Dia
ma/ah semakin menantang. Gilang membalastatapan Arya
d en g a n berani. Aku khawatir rumah kami yang sudah tua
itu akan meledak karena k e d u a anak muda ini.
·Aku membaca dan mendengar nasib tiga bekas istri
mu. Anak-anakmu. Aku harusm e r a s a yakin, kau tak akan
mempermainkan Y u Ninar
·Arya! Cukupr
Kini Y u Nina berdiri. Dia meminta Arya untuk pergi
meninggalkan m e ja makan. Arya berdiri dan meminta
permisi pada Bram, aku, d a n kedua saudaranya. Aku tahu,
Arya pasti mengambil air wudu dan salat. Dari ketiga
anakku, dialah satu-satunya yang sangat rajin beribadah
dan mematuhi semua pendidikan agama dari mertuaku.
S e t el a h Bram meminta maaf atas tingkah /aku Arya,
kami melanjutkan makan ma/am seolah tak pernah t e r j a d i
1S§