Page 154 - 9 dari Nadira
P. 154

beila §.  Chudori





                 mengutip  Niko kalau a.ima  1mau  memaparkan  kelemahan
                 novel era Victoria. Semua orang yang membaca novel  era

                 Victoria akan tahu risikonya. Sebetulnya Arya setuju dengan
                                                                          N
                 pendapat itu. Tetapi karena Nadira mengutip  i k o-seolah
                 adiknya yang luar biasa cerdas itu menjelma menjadi orang

                 dungu  karena bertemu  lelaki  tampan  seperti  N i ko-maka
                 Arya merasa itu pendapat yang konyol.

                       Kini tumpukan kaset-kaset kena giliran penggusuran.
                 Genesis,  ikut.  Yes.  ikut.  Led  Zeppelin, tentu  saja.  Rolling
                 Stones,  apalagi.  Semua  kaset  itu  dimasukkan  k e   dalam

                 kardus "rumah cinta". Lalu selebihnya dieliminasi. Queen,
                 Tears f o r   Fears,  dan  semua  band tahun  1980-an. Tunggu

                 dulu.
                       "Apa pula dosa Queen?"

                       "Niko suka tertawa kalau aku pasang Queen ... ," Nadira
                 mengangkat  bahu,  "dia  bilang  suara  dan  gaya  Freddie
                 Mercurie bukan selera dia."

                       Arya terdiam.
                       "Tapi  kamu  kan suka sekali  suara Freddie Mercury,

                 Nad."
                       "Ya,     tapi    daripada  nanti          kami      bertengkar  ...
                 Sudahlah .. ."

                       "Jadi .. ." muka Arya mulai berwarna merah karena me­
                 nahan rasajengkel,  "nanti  si   rumahmu adalah semua karya
                                                  i
                 sastra yang hanya disukai Niko; jenis musik yang didengar
                 N i k o ;  semua  lukisan  yang  hanya  disukai  N i k o ,  semua
                 makanan yang hanya disukai Niko  ...  "

                       "Tentu  yang disukai  kami  berdua ... ,"  Nadira tertawa
                 renyah.  i a   sama sekali tak menyadari nada jengkel abang­
                           D
                                                                               d
                 nya. " N a manya orang kawin, ya semua yang ada  i   rumah
                 kami mewakili selera kami berdua.  u a   menjadi satu .... hati
                                                            D
                 kami terpadu,"  Nadira mengatakan  itu semua dengan pipi


                                                   147
   149   150   151   152   153   154   155   156   157   158   159