Page 151 - 9 dari Nadira
P. 151

Ciuman 'f erpan jang





                      Nadira memisahkan  buku-buku yang akan  dibawanya
                ke rumah  cinta bersama  N       i k o.  Buku-buku  itu  dicemplung­

                                                                   N
                kan  ke dalam kardus berlabel NN. Huruf  N                itu kemudian
                dilingkari  dengan  gambar  hati. Arya jadi  sakit perut.  S e jak

                kapan adiknya senang menggambar hati?
                      Dan  l i hat  itu,  buku-buku  malang  yang  dieliminasi
                dari  hidup Nadira,  dimasukkan  ke dalam  kardus berjudul

                Gudang. Setiap kali Nadira mencemplungkan  buku-buku­
                nya ke dalam  kardus,  darah  Arya terasa  bergerak  semakin

                deras.

                      "Nad .. . "
                      •y a ...  •

                      Arya  menc:oba  mencari  kalimat  yang  tepat.  K a t a ,
                k a t a ,   kata.  K en a p a   kata-kata justru sering mengaburkan

                makna.
                      "Memangnya mau  langsung pindah?"
                      "Ya,  barang-barang sebaiknya dipindah dari  sekarang,

                jadi habis akad  nikah, bisa langsung beres."
                      "Hm ... Nad ...  "

                      "Ya?"
                      "Nad, berhenti. Kang Arya mau tanya sesuatu."
                      Nadira menghentikan  kesibukannya. Abangnya terde­

                ngar serius.
                      K a t a ,   k a t a ,  k a t a  ...

                      "Nad ... , kamu sudah cukutp merasa kenal dengan N            i ko?
                Sudah merasa yakin?"
                      Nadir a merasa heran dengan pertanyaan abangnya.

                      • Aku kira Kang Arya akan  ikut senang."
                      "Pasti,  pasti  Akang  ikut  senang  kalau  kamu  bahagia.

                Tapi  Akang  hanya mau  pasti  betul. .. ,  kamu  sudah  mantap
                dengan N    i ko?"
                      Nadira tertawa  dan  meneruskan  membereskan  buku-


                                                   144
   146   147   148   149   150   151   152   153   154   155   156