Page 228 - 9 dari Nadira
P. 228

'Utaro. Ba�u





                                                                      D
                      "I  i   film dokumenter yang di pi njamkan  r   Yusri  Sakti,
                        n
                salah satu psikiater yang sedang aku wawancara. Aku sedang
                menggali info untuk Ii  put an tentang kasus-kasus bun uh  i  ri
                                                                                    d
                d i   I n donesia."
                      Tara mengerutkan  kening.  H a tinya  berdebar.  Tubuh
                Tara mulai berkeringat, pertanda dia men ah an amarah.

                      "Dr Yusri  bahkan meminjamkan  beberapa buku yang
                membahaskasusbunuh diri dari sudut pandangantropologi,
                sosiologi, dan psikologi. Ada lagi buku tentang bun uh dirinya

                tokoh-tokoh selebriti dunia. Penyair, penulis, pelukis .. ."
                      •  Aku tak pernah menugaskanmu membuat liputan ten­
                tang kasus-kasus bunuh diri, Vena."

                      "Oh, memang  n i   insiatifku, Mas ... Aku sedang mencari
                                       i
                bahan dulu, setelah itu  aku akan mengusulkan pada rapat

                reporter pekan depan, Mas .. ."
                      Tara duduk di hadapan Novena.  i a   mencoba menahan
                                                             D
                diri. Tetapi  gagal.  Sementara  Novena terlalu  polos untuk
                memahami gejolak hati Tara.

                      "Kenapa?  Kenapa  kamu  harus  membuat  peliputan
                tentang  kasus bunuh  diri?  Kenapa  harus  sekarang?  Apa
                pen ti ngnya?"
                      Pada  saat  itulah  Novena  menyadari,  Tara  tidak

                mendukung idenya.
                      "Saya  pikir...  Saya  pikir,  setelah  peristiwa              ibu
                Nadira  yang  bunuh  diri  bulan  lalu,  masyarakat  perlu

                memahami. .. "
                                ,
                      "ltu nonsens!!"
                      Tara dan Novena sama-sama terkejut dengan bentakan

                Tara yang begitu saja melesat keluar dari mulutnya.
                      Mata Novena mulai berkaca-kaca. D i a   tak pernah me­
                lihat Tara berbicara sekeras itu kepada siapapun. Dia segera

                berdiri dan menghampiri  v i d eo  player;  mengeluarkan kaset
                video dan memasukkannya ke dalam kotaknya. Air matanya
   223   224   225   226   227   228   229   230   231   232   233