Page 229 - 9 dari Nadira
P. 229

l.:ieilo §.  Chudori





                 menetes perlahan.
                       "Vena ... ;  Tara berdiri  dan  mencekal  lengan  Novena
                 yang sudah bergerak mau pergi.

                       "Duduklah ... Duduk ..  ."
                                                    i
                       Novena patuh, tapi kali  n i   dia menunduk.
                       "Saya tak  bermaksud  membentakmu,  maaf  Vena  ... ,


                 sungguh .. . "
                       "Ya, Mas ... , saya tidak bermaksud jahat..."
                       "Saya tahu ....  saya tahu .... Cuma begini. . .,  soal  bunuh

                 diri adalah kasus yang sangat  sensitif, yang meninggalkan
                 trauma yang mendalam bagi orang-orang yang ditinggalkan.
                 Saya rasa,  i n i   tema liputan yang bisa kita tulis suatu hari.

                 Bukan s e karang  ... Tidak ada urgensinya."
                       Novena masih terdiam.
                       "Majalah  Tera  kan  seperti  keluarga kedua buat kita,

                 Vena. Apa yang kau lakukan terhadap anggota keluarga yang
                 sedang ditimpa musibah? Sensitif. toleransi, dan memahami
                 segala Iuka yang sedang diderita Nadira. Membuat  i putan
                                                                                 l
                 seperti ini, apalagi berdasarkan peristiwa kematian ibunya,
                 adalah tindakan yang sangat tidak sensitif."
                       Kali ini air mata Novena meluncur dengan deras. Novena
                 tak tahu apakah di a men angi s kar en a menyesal i perbuatan nya

                 yang dianggap tidak sensitif; atau karena dia menyadari bah­
                 wa Tara memangjatuh hati pada perempuan lain.


                                                    ***

                 Tara melirik alarm di atasmej  a, pukul tujuh. Dia bisamelihat

                 nomor telepon ibunya yang  tercantum di layar telepon yang
                 se j ak tadi berdering-dering menyeruak sebuah pagi yang se­

                 harusnya sepi  dan teduh itu. 0,  I bu  ... , tidakkah kau ingin
                 anakmu cukup tidur? Tapi Tara bukan anak lelaki yang ku­
                 rang ajar.  D i a   mengangkat telepon itu meski  matanya ter­
                 pejam.
   224   225   226   227   228   229   230   231   232   233   234