Page 48 - 9 dari Nadira
P. 48
Geilo ,§). Chudori
tangannya. Dia mendekat dan duduk di pinggir tempat
tidur. T a npa sepatah kata pun, ibunya menyodorkan ma
ja/ah itu. Nina menerimanya dengan ragu.
NB acalah.N
Nina membaca sekilas Sebuah cerita pendek anak
anak berjudu/ "P e rjalanan ke Negara BiruN. Penu/is
Nadira Suwandi. Kini d e s iran angin ma/am itu semakin
mar ah; terasa kering dan panas T a p i itu belum seberapa
dibanding pandangan ibunya yang menghunjam. lbunya,
p e r empuan yang melahirkannya, yang menyusuinya, yang
mengajarkan bagaimana membaca dan mencintai buku
buku hingga mereka bertiga membutuhkan buku seperti
manusia membutuhkan o k s i g e n . Jbunya yang dengan sa
bar mengajarkan bahwa mereka harusbersika p so p a n dan
ramah k e p a d a s i a p a s a jajika ingin diperlakukan demikian
o / e h orang lain. Jbunya yang m e n g a j a rkan mereka bertiga
untuk memperlakukan semua orang dengan baik, tanpa
melihat war na ku/it, jender, s t a tus sosial, agama, a tau per
bedaan pemikiran. Dan ibunya yang mengajarkan bahwa
sebagai kakak tertua, dia harus menjaga dan merawat
adik-adiknya.
NNadira bukan seorang pencuri, Nak. Uang yang d i
miliki Nadir a adalah honora·rium dari cerita .. :
N B u!!R
Nina menubruk ibunya. Kemala merasakan bahunya
basah oleh air mata Nina.
***
"Saya tak pernah minta maaf pada Nadira."
Ruth memandang Nina dari balik kacamatanya.
"Come again?"
"Saya tak pernah minta maaf pada Nadira."
�9