Page 61 - 9 dari Nadira
P. 61
,Nina don ,NCtdira
Nadirabertanyadengan notesdan penadi pangkuannya.
Gilang tertawa, "Aku sudah menduga, pasti kamu akan lebih
i
tertar k sudut pandang Ken Dedes."
"Oh, tidak. Tunggul Ametung pun menarik, sosok yang
tragis, dan mungkin akan menimbulkan simpati," Nadira
buru-buru menjawab, "tapi kan saya harus tahu mengapa
Anda me m i l i h tokoh i n i sebagai sentral cerita."
Gi lang tertawa terbahak-bahak, "Sudah mau jadi cal on
ipar, masih menggunakan kata 'A nda' .. ."
Nadira tidak menyambut keakraban Gilang dengan
serta-merta. D i a mencorat-coret notesnya tanpa tujuan dan
bersumpah-serapah dalam hati karena dia tidak memiliki
i
keahlian seperti Kris, l ustrator jagoan itu, yang selalu saja
bisa membuat sketsa apa saja di kala jengkel.
"Kamu dan Arya masih meragukan i a tku mengawini
n
Nina."
Nadira tak bisa menjawab. Bagaimana dia bisa menja
wab. D i a yakin penari bertubuh sintal dan berambut pan
jang hingga ke pinggang itu baru saja bercinta dengan calon
kakak iparnya itu.
Gilang duduk di lantai, berhadapan dengan Nadira.
"Nadira ... kamu pernah jatuh c inta?"
Nadira mengerutkan keni ng.
Gilang tersenyum, "Aku mencintai Nina. Berilah aku
.
kesempatan untuk memujanya .. "
Nadira tidak menjawab.
***
Keris yang dielus-elus oleh Empu Gandring itu bisa ber
diri tegak d i atas bumi. Ken Arok tercengang dan silau
oleh sinarnya. Perlahan dia mendekati dan menyentuhnya
dengan ujungjarinya. Tiba-tiba saja Ken Arok merasa silau
§2