Page 74 - ummi test
P. 74

Surga Ini









                      Milik Kita













          Bagian 10                                           muhammad yulius



                   orot berjalan sambil    “Pasti dong, Bang!” Rorot   pandangannya dari benda
                   tengak-tengok kanan-  menyahut sambil berjongkok.   yang sedang ditimang-timang
              Rkiri. Matanya bergerak,   Matanya segera            calon pembelinya yang masih
              feeling-nya mengendus;    menggerayangi serakan benda   mencoba meyakinkan kepu-
              gerangan di pojok manakah   ajaib yang hanya dimengerti   tusannya untuk mengangkut
              lapak Jumadi, kakak Deras,   oleh orang-orang yang   timbangan kuno itu.
              berada. Setiap lapak seperti   meminatinya. Senyum Rorot       ***
              punya pengunjungnya sen-  mengembang saat dilihatnya    Rumah tua yang
              diri-sendiri—mereka berdiri   benda yang diimpikannya   dirindangi pohon nangka
              atau berjongkok dengan    siang dan malam teronggok   besar itu nyaris tak pernah
              pandangan khusyuk meneliti   kalem di antara benda-benda   tidur. Ada saja anak-anak
              setiap barang yang dicarinya.    kuno yang ditata menurut   jalanan yang datang
                 Rorot tersenyum saat   jenisnya. Benda itu, sebuah   menyuguhkan keriuhan;
              pandangannya membentur    mesin jahit merk Butterfly   sekadar mampir atau malah
              sesosok lelaki keling empat   keluaran tahun 80-an, ia   tinggal menumpang hingga
              puluhan tahun yang tengah   pesan melalui Deras. Dari   berhari-hari—untuk kemudian
              berjuang meyakinkan dua   tangan anak itulah Rorot   menghilang lagi dalam
              orang pelanggannya tentang   kemudian berurusan dengan   beberapa lama. Suara
              keantikan timbangan kuno   Jumadi, pemilik lapak yang   nyanyian berbalut genjrengan
              keluaran awal abad sembilan   dalam hitungan jam mampu   gitar dan tabuhan jembe
              belas. Kedua pelanggannya   memetakan keberadaan     meliuk-liuk di udara siang
              tampak memandangi benda   benda impian Rorot.        yang getas. Di sudut lain
              itu bagai hendak menembus    “Barang lo mau dicek dulu   rumah, sekelompok pemuda
              zaman nun di seberang sana   tali kipasnya, Rot. Kalo hari   tanggung duduk ngungun,
              saat timbangan itu digunakan.   ini si Marno datang, paling   menyesali sebuah perkelahian
                 “Assalamualaikum, Bang   sore lo udah bisa bawa   berujung urusan polisi dan
              Jum!”                     pulang tuh barang.”        ancaman tahanan, juga
                 Lelaki empat puluhan      “Aman, Bang. Sore saya ke   pengadilan.
 58           tahun itu menoleh ke arah   sini lagi. Lagian saya mau ke   Rorot berjalan melewati
              gadis tanggung yang       sanggar dulu, ada janji sama   kegamangan itu. Ia membaui
              memanggilnya, lalu ia     Bang Tony.”                nafas yang pernah mengalir
              menjawab salam sambil        “Ya udah. Kalo lo nggak   selama bertahun-tahun dalam
              melempar sapa saat melihat   sempet, lo ambil aja di   denyut hari-harinya di
              Rorot menghampirinya.     rumah,” sahut Jumadi, sambil   jalanan. Razia, kekerasan,
                 “Serius lo, Rot!”      tak melepaskan             pelecehan, adalah sebagian




              O K T O B E R  2017

     Ummi-10 Kat-4, Hal 49-88_OK.indd   58                                           9/23/2017   12:09:01 AM
   69   70   71   72   73   74   75   76   77   78   79