Page 149 - dear-dylan
P. 149

CERITA ANASTASIA








               “ALICE! Eh, Alice, ya?”
                    Aku menoleh, dan melongo melihat Anastasia berdiri di depanku. Anastasia Helmy!
                    “Anastasia?” tanyaku sambil menunjuknya.
                    “Iya, ini gue!” Anastasia mencipika-cipiki gue. “Apa kabar?”
                    Aku nyengir bego, nggak tahu harus menjawab apa. Maksudku, kalau kamu ada di situasiku
               sekarang, kamu juga pasti bingung mau bersikap gimana. Kakak-NYAa berselingkuh sama pacar-
               KU gitu lho!
                    “Mmm...” Aku hampir bilang kabarku buruk (karena mustahil banget kabarku baik setelah
               dikhianati Dylan!), tapi aku lalu ingat menjawab begitu bakal membuatku kelihatan lemah dan
               hancur lebur. “Gue baik. Lo sendiri?”
                    “Gue juga baik.” Anastasia tersenyum. “Mmm... lo sendirian, Lice?”
                    Aku mengangguk. Siang ini aku mati gaya total di rumah, jadi aku ngeluyur ke PS sendirian.
               Grace nggak bisa ikut karena ada les Mandarin. Mama lagi pergi ke rumah sepupunya. Alhasil aku
               keluyuran nggak jelas begini.
                    “Mmm... kalau boleh, gue mau bicara sama lo? Kalau lo nggak keberatan sih...”
                    Aku bisa bilang apa lagi? Masa aku mau berlagak sibuk? Nanti dikira sombong, padahal seleb
               aja bukan! Lagi pula, tampang Anastasia begging banget, nggak mungkin aku menolaknya.
                    “Trims, Alice, trims banget... Jadi, kita ke Starbucks? Nggak papa?”
                    Aku mengangguk, dan kami berjalan menuju Starbucks. Setelah pesanan kami ada di meja
               (aku Signature Hot Chocolate, Anastasia Frappuccino Rhumba), Anastasia mulai bicara.
                    “Mmm... yah... pertama gue mau minta maaf sama lo.”
                    “Untuk?” tanyaku pura-pura bego. Ehh... tapi aku juga bingung sih. Anastasia kan nggak
               punya salah apa pun padaku. Yah, kecuali fakta kalau kakak-NYA merebut mantan pacar-KU.
               Tapi itu kan bukan salah dia.
                    “Gue minta maaf untuk kelakuan kakak gue, Regina...”
                    “Oh.” Aku manggut-manggut nggak jelas. “Bukan salah lo, lagi.”
                    “Iya, tapi... gue merasa nggak enak sama lo, Lice. Sama Dylan juga.”
                    Aku tersenyum getir. “Kenapa harus merasa nggak enak? Gue nggak menyalahkan siapa-
               siapa kok dalam hal ini. Mungkin Dylan memang sudah bosan sama gue. Dan kakak lo, Regina,
               jelas lebih pantas jadi pacarnya ketimbang gue.”
                    “Dia sama sekali nggak pantas, Lice... Regina nggak pantas...”
                    “Kenapa?”  Aku  mengernyit.  Anastasia  kelihatan  gelisah.  Apa  ada  sesuatu  yang  nggak
               kuketahui?
                    “Regina... dia terobsesi sama Dylan!”
                    “Hah?”
                    “Iya, karena Dylan... Dylan mirip pacar Regina yang udah nggak ada...”
   144   145   146   147   148   149   150   151   152   153   154