Page 151 - dear-dylan
P. 151
YOU WON’T BELIEVE THESE!
“DYLAN, tolong antar ini ya? Ke rumah Alice.”
Gue membelalak. Mama menyuruh gue mengantar barang ke rumah Alice?
“Kenapa? Kau nggak mau?”
“Eh... bukannya gitu, Ma... tapi kan...”
Gue nggak tahu harus gimana ngomongnya. Maksud gue, hubungan gue dan Alice kan
sekarang dalam situasi “serbasalah”. Gue memang masih sayang dia, mengharap kami bisa
balik. Tapi di saat yang sama gue juga nggak habis pikir kenapa dia begitu nggak peduli lagi
sama gue. Kenapa dia nggak pernah menghubungi gue sekali pun sejak itu. Apa dia masih
nggak percaya bahwa gue nggak selingkuh sama Regina?
Ah, Regina. Di lain pihak juga ada dia. Dia baik, perhatian, dan selalu menemani gue
belakangan ini. Ngobrol sama dia juga enak banget, dan gue tahu... dia menaruh harapan.
Dan masih ditambah obrolan gue dengan Karin beberapa hari lalu. Kata-kata Karin,
“cuma Alice yang bisa mengimbangi gue” membuat gue semakin pusing. Gue nggak tahu
harus berbuat apa. Gue bahkan sempat terpikir untuk kembali lagi sama Alice, tapi dia kan
sudah nggak peduli sama gue...
Lagi pula, gue nggak tahu deh harus bersikap gimana seandainya gue mengantar barang
itu ke rumah Alice, dan ternyata dia sendiri yang membukakan pintu. Gue harus bersikap
gimana dalam situasi serbasalah begini?
“Ini baju Alice, untuk jadi penerima tamu di pesta Tora.” Mama meletakkan bungkusan
itu di tangan gue. “Kamu harus antar sekarang, supaya kalau ada bagian baju yang terasa
nggak nyaman atau nggak pas, masih bisa diperbaiki.”
Gue menghela napas. Entah kenapa, gue merasa Mama kepingin gue dan Alice kembali.
Mungkin menyuruh gue mengantar baju ke rumah Alice ini adalah salah satu siasat beliau.
Dan gue baru ingat, Alice akan ada juga di pesta Tora dan Mbak Vita. Cepat atau lambat,
gue juga bakal menghadapi dia. Mungkin ada baiknya gue ketemu dia sekarang, supaya saat
pesta nanti gue nggak terlalu salting.
“Ya deh, Ma. Aku antar.”
* * *
Feeling gue ternyata akurat 100%. Alice sendiri yang membukakan pintu.
“Lo...?” katanya dengan mata melotot. “Mau ngapain?”
“Aku... eh... gue mau nganterin ini...” Gue menyodorkan bungkusan berisi baju itu pada
Alice dari balik pagar. “Dari Mama... baju lo untuk jadi penerima tamu di pesta Tora.”
Alice terlihat salah tingkah, tapi dia mengambil juga bungkusan itu dari tangan gue.