Page 150 - dear-dylan
P. 150
“Hah???”
“You won’t believe this.” Anastasia mengambil sesuatu dari dompetnya, yang ternyata selembar
foto. Dia meletakkan foto itu di meja, dan menunjuk sosok yang ada dalam foto itu.
Lho... itu foto Regina dan Dylan?
“Ini Henry, pacar Regina yang sudah meninggal.” Anastasia menunjuk cowok di foto itu,
yang tadi kukira Dylan!
Astaga, mirip sekali!
“Dia meninggal... karena narkoba.”
Aku menelan ludah.
“Regina sayang banget sama Henry. Dia bahkan tetap backstreet sama cowok itu setelah
dilarang ortu kami. Yah, ortu mana yang mau anaknya pacaran sama junkies, ya kan?”
Kepalaku otomatis mengangguk.
“Tapi Henry meninggal karena overdosis. Dan setelah itu, Regina jadi aneh... apalagi setelah
dia jadi model video klip Skillful, dia jadi... terobsesi sama Dylan...”
“Karena Dylan... mirip Henry?” tebakku takut-takut.
Anastasia mengangguk. “Gue bukannya mau membuka aib kakak gue sendiri, Lice... gue
cuma... merasa ini nggak betul. Dan gue juga nggak enak sama lo dan Dylan... gue berusaha nyari
lo, memperingatkan lo dan Dylan supaya nggak terlalu dekat sama Regina, tapi gue gagal. Gue
baru ketemu lo sekarang... setelah Regina dekat sama Dylan...”
Mulutku terasa kering kerontang. Mungkin cerita Anastasia sudah menyebabkanku dehidrasi.
Tapi apa ini akan mengubah sesuatu? Walaupun Regina yang terobsesi pada Dylan karena
Dylan mirip pacarnya yang sudah meninggal, tapi kan... Dylan juga mau sama dia. Dylan memilih
meninggalkan aku demi dia. Ini bukan sepenuhnya salah Regina.
“Gue tahu Dylan nggak punya perasaan apa-apa sama Regina. Gosip yang beredar tentang
mereka itu... gue nggak tahu kenapa gosip itu bisa ada. Mungkin kebetulan ada wartawan yang
mengambil gambar saat Regina... pedekate ke Dylan, gue nggak tahu...”
Dylan nggak punya perasaan apa-apa ke Regina? Nggak mungkin. Kalau memang benar
begitu, dia pasti akan tetap berusaha meyakinkan aku bahwa dia nggak ada hubungan apa pun
dengan Regina. Dia pasti akan tetap berusaha menjelaskan, bahkan setelah aku mengusirnya.
Tapi kenyataannya, dia nggak datang, kan? Dia nggak menghubungiku, kan? Dia pergi begitu
saja, seolah memang telah berharap aku memutuskan dia. Dan soal Regina yang berada di Jambi
bersamanya... teleponku yang diangkat Regina... gimana bisa mereka bersama kalau Dylan benar
nggak punya perasaan apa pun pada cewek itu?
Anastasia kelihatannya nyaris menangis, jadi aku menepuk tangannya pelan.
“Nggak papa, Nas... Nggak papa. Gue nggak menyalahkan siapa pun kok. Mungkin Regina
memang terobsesi sama Dylan, tapi Dylan juga mau kan sama dia? Kalau mereka sekarang
bahagia, yah... gue bisa bilang apa? Mungkin Dylan memang dikirim untuk Regina, untuk
menggantikan Henry.”
Setelah mengatakan itu, aku langsung menyesal. Karena Anastasia malah menangis tersedu-
sedu akibat perkataanku!
“Dasar Regina bodoh, dia nggak tahu dia sudah menyakiti orang sebaik lo, Lice...”