Page 78 - dear-dylan
P. 78
Gue mendongak karena merasakan ada yang menyiku rusuk gue. Ternyata Dudy, dan dia
sedang memberi isyarat dengan matanya pada gerombolan orang yang baru memasuki ruang
tunggu.
Wajah yang familier... dan gue dengan cepat bisa mengenali siapa orang-orang itu. Grup
band eXisT dengan para kru dan manajer mereka. Orang yang berjalan paling belakang, yang
gue kenali sebagai Hugo, vokalis eXisT, menatap sekelilingnya dengan pandangan sok.
Yeah, Skillful memang bakal manggung bareng eXisT, dan band Revans, di Surabaya
besok malam. Kami semua dijadwalkan menjadi pengisi acara Say Hello Loudly!, konser
musik yang disponsori Hello!, salah satu provider seluler baru di Indonesia. Dan tentu saja,
kami semua akan satu flight dari Jakarta ke Surabaya.
Gue melihat Rey melambaikan tangannya pada Reza, drummer eXisT, yang baru saja
melewati alat detektor. Rey dan Reza memang teman lama. Kalau nggak salah malah dulu
mereka pernah gabung di satu band, sebelum Rey cabut dan bergabung dengan Skillful.
Berbalik 180 derajat dari Rey yang senang melihat Reza, Dudy meletoti Hugo dengan
wajah galak.
“Lo kenapa?” tanya gue melihat mata Dudy yang nyaris copot saking seriusnya melotot
pada Hugo.
“Gue alergi dekat tu orang!” Dia bergidik, dan membuang muka ke arah landasan
pesawat.
Gue tertawa kecil. Bukan rahasia kalau Dudy benci banget sama Hugo. Dulu kan mereka
pernah berantem gara-gara Hugo mengatai Skillful band “cengeng”. Dudy, yang memang
gampang emosi (gue heran kenapa nggak dia aja yang diminta menonjok Yopie si artis
karbitan itu), nyaris membuat Hugo babak belur waktu itu, kalau saja nggak dilerai Tyo,
Asep, dan kru-kru eXisT. Sejak itu, Dudy setengah-alergi-setengah-jijik kalau melihat Hugo.
“Gue heran, orang kayak dia kok bisa keluar dari penjara,” desis Dudy.
“Siapa? Hugo? Keluar dari penjara?” tanya gue bingung.
“Iya, dia memang pernah masuk penjara,” kata Rey yang tiba-tiba sudah duduk di
sebelah kiri gue, mungkin sudah selesai menyapa Reza, “kasus kepemilikan sabu-sabu. Lo
nggak tau, Lan?”
Gue menggeleng. Memang gue nggak begitu suka sama sifat Hugo, tapi gue nggak
nyangka dia ternyata pernah jadi narapidana juga.
“Buset, ke mana aja lo?” tanya Dudy, dan gue cuma bisa nyengir mendengarnya. Gue
kan bukan maniak infotainment, Pak!
“Emang kapan dia masuk penjara?”
“Hampir dua tahun yang lalu. Ketangkap basah lagi fly di Surabaya. Tapi dia pakai
pengacara top, jadi dipenjaranya nggak sampai setengah tahun. Padahal semua saksi, barang
bukti, dan tes urin membuktikan dia positif pemakai,” jelas Rey sambil geleng-geleng, dan
gue jadi miris mendengarnya. Nanti, kalaug ue udah nggak gabung di Skillful dan akhirnya
membereskan semua kuliah gue, lalu jadi pengacara, gue nggak akan mau jadi pengacara
macam pengacaranya si Hugo.
“Huh, harusnya Hugo tuh busuk di tahanan!” Dudy memaki dengan sepenuh hati.
“Tapi... kok eXisT mau gitu aja nerima dia jadi personel lagi?” gue mengacuhkan
omelan Dudy yang kelewat sentimentil dan bertanya ke Rey.