Page 82 - dear-dylan
P. 82
Lho, lho, ada apa ini? Ernest marah-marah sama Bang Budy? Dan kenapa menyebut-
nyebut Mbak Lia?
Gue tolah-toleh, mencari orang yang bisa gue tanyai. Kalau kondisi Ernest lagi panik
gitu, nggak mungkin gue nanya langsung ke dia. Ahh, ada Dovan di situ!
“Van, Ernest kenapa?” tanya gue setengah berbisik. Beberapa orang sudah mulai
memandangi kami, entah karena mereka menyadari kami ini Skillful atau karena mendengar
keributan yang ditimbulkan Ernest.
Dovan nggak menjawab, jadi gue memelototinya, dan dengan shock menyadari ekspresi
Dovan juga aneh banget.
“Lo kenapa? Ernest kenapa?” desak gue. Ini aneh banget! Biasanya Dovan dan Ernest
paling nggak bisa diam, tapi kenapa sekarang ekspresi mereka sama-sama seperti orang yang
menahan untuk nggak muntah?
“Ernest baru dapat telepon dari mertuanya. Katanya LIa jatuh di kamar mandi, terus
pendarahan...”
Gue speechless, bahkan untuk menelan ludah pun nggak sanggup. Mbak Lia... istri
Ernest, jatuh di kamar mandi? Pendarahan?
Padahal, Ernest waktu itu cerita kalau Mbak Lia...
Ya Tuhan, Mbak Lia jatuh di kamar mandi saat sedang hamil?!
Gue dengan cepat menoleh ke arah Ernest lagi, dan ternyata dia terlihat makin panik.
Pasti dia gelisah banget.
“Terus ini... jadinya gimana? ernest langsung ke Bandung? Mbak Lia nggak papa, kan?”
Dovan menggeleng. “Gue nggak tahu, Ernest nggak ngomong banyak tadi... tapi
kayaknya Lia lagi dibawa ke rumah sakit...”
Gue menarik napas dalam-dalam, berusaha untuk punya sedikit ketenangan dan
kejernihan otak untuk berpikir. Gimana gue harus membantu Ernest? Dia pasti kepingin
sampai di Bandung secepatnya. Apalagi gue tahu Ernest sudah lama kepingin ngasih adik
untuk Sascha, anak pertamanya, tapi sekarang Mbak Lia pendarahan...
Tanpa sadar, gue jadi ikut mondar-mandir juga. Seumur hidup, gue nggak pernah berada
dalam situasi seperti ini. Nggak pernah gue ada di situasi saat orang yang gue sayangi ada
dalam bahaya, sementara gue nggak bisa melakukan apa-apa seperti Ernest sekarang.
Oh, pernah. Dulu, waktu gue tahu Alice diteror, tapi gue nggak bisa menemukan
penerornya. Itu sebelum Grace datang dan memberikan nomor polisi mobil peneror yang
hampir menabrak Alice itu. Waktu itu gue bener-bener merasa bego nggak bisa melakukan
apa-apa untuk melindungi orang yang gue sayangi.
“Yang kemarin masih kurang, ya? Sekarang kepingin masuk infotainment lagi?”
Suara sok dan belagu itu nggak perlu ditebak lagi milik siapa. Gue, tentu saja, mendapati
tampang Hugo saat gue mendongak.
“Maksud lo apa?”
Kayaknya nih anak mau cari gara-gara nih. Gue tahu dia masih nggak terima karena
semalam Skillful manggung sebagai penutup di Say Hello Loudly!, sementara eXisT
manggung sebelum kami. Itu kan membuktikan Skillful lah yang paling ditunggu audiens.
Save the best for the last. Tapi Hugo malah ribut sama panitia semalam, karena nggak terima
bandnya nggak jadi closing. Mungkin karena itu dia secara nggak langsung dendam sama
gue, dan sekarang kepingin cari gara-gara.