Page 87 - dear-dylan
P. 87
MOSHING
GUE kepikiran Alice. Nggak enak punya sesuatu yang disembunyikan dari dia, apalagi
setelah dia terang-terangan bilang nggak suka pada sikap gue yang selalu nggak pernah
cerita-cerita kalau ada masalah (itu lhooo... di SMS 10-things-i-hate-about-you-nya).
Tapi apa gue harus bikin dia sedih dengan membeberkan semua kata busuk Hugo di
depan dia? Omongan Hugo terlalu kasar, dan gue nggak mungin sanggup mengulangnya di
depan Alice. Itu cuma akan bikin dia kepikiran, padahal sekarang dia mau ujian. Cukup
sudah bikin dia khawatir dengan semua masalah Yopie kemarin, gue nggak mau bikin dia
cemas gara-gara masalah Hugo ini lagi. Toh gue nggak sampai memukul Hugo dan masuk
infotainment seperti waktu itu.
Apa yang nggak Alice tahu nggak akan menyakitinya, kan?
Setelah melepaskan seat belt gue berdiri dari kursi, lalu ngulet-ngulet sedikit. Pesawat
baru saja berhenti dengan sempurna di banda Polonia Medan, tapi Bang Budy sudah ribut
supaya kami cepat turun. Kayak dikejar setan aja.
Gue jadi ingat, dulu ada pengalaman yang kacau banget berhubungan dengan Bang Budy
dan pesawat. Agak memalukan, malah. Bikin gue meringis sendiri kalau mengingatnya.
Jadi dulu, waktu mau promo tur album kedua di Banjarmasin, kami naik flight paling
pagi dari Jakarta. Berhubung flight-nya paling pagi, cukup banyak penumpang yang datang
telat (tapi karena kami serombongan Priambudy Setiawan, jelas kami nggak masuk golongan
penumpang yang ngaret itu. Malah, kami orang-orang pertama yang masuk ke pesawat). Nah,
saat kami sudah duduk manis di dalam pesawat, penumpang-penumpang lain banyak yang
namanya masih dipanggil melalui pengeras suara agar segera naik ke pesawat. Entah Bang
Budy salah makan, nggak sabar lagi sampai ke Banjarmasin, atau sudah habis kesabaran, dia
tiba-tiba berdiri dari kursinya dan berteriak pada semua pramugari, “Astaga, maskapai
macam apa ini?! Kalau penumpang-penumpang bodoh itu terlambat, tinggal saja! Ini kan
pesawat, bukan angkot yang lagi ngetem! Apa kalian kejar setoran?!”
Sumpah, muka gue, Ernest, Dudy, Dovan, Rey, dan kru Skillful saat itu sama sekali
nggak ada bagus-bagusnya! Ekspresi kami terbagi antara maluuuuu banget, kepingin mati di
tempat, dan sok-sok nggak kenal sama Bang Budy! Emang gila tuh orang! Manajer band
terkenal, tapi malu-maluin! Hahaha.
“Dylan, kenapa kamu bengong di situ? Ayo cepat turun!”
Waduh, gue dibentak-bentak, lagi, sama Bang Budy! Apa dia tahu gue lagi mikirin
kekonyolannya, ya?
* * *