Page 136 - Sejarah HMI Cabang Kendari
P. 136
pandangannya tidak diterima di kongres. Sebaliknya, peserta yang
menentang Pancasila sebagai asas merasa ‘di atas angin’, tetapi juga
tetap cemas karena menentang pemerintah sehingga berdampak
buruk pada relasi HMI dengan kekuasaan.
Demikianlah, pasca Kongres Padang, HMI Cabang Kendari
mengalami polarisasi. Saat delegasi sudah tiba Kembali di Kendari,
dinamika di kongres masih terbawa arus. Suasana panas yang terjadi
di kongres, pengaderan yang mandek, spirit pengurus belum
terbangun dengan baik, kondisi anggota belum banyak
mengakibatkan roda organisasi tidak berputar.
Keputusan kongres yang menerima Pancasila sebagai asas
tunggal ternyata menciptakan polarisasi yang tajam di HMI Cabang
Kendari. Kelompok yang mendukung penerimaan Pancasila sebagai
asas akan merasa bahwa keputusan tersebut adalah langkah menuju
kesatuan ideologi, sementara kelompok yang menolaknya akan
merasa bahwa kebebasan berpikir dan semangat kritis HMI Cabang
Kendari terancam.
Akibatnya tidak bisa dihindari adanya perpecahan dalam
kepengurusan dan aktivitas HMI Cabang Kendari. Pasca kongres
Padang memunculkan 2 (dua) kubu yang saling bertentangan,
bahkan memicu konflik internal yang berdampak pada efektivitas
gerakan HMI Cabang Kendari.
Posisi Ahmad Lassang yang sebelum berangkat Kongres
masih menjadi Ketum, atas dasar kesepakatan rapat pleno
mengangkat Aswad Latif sebagai Pj. Ketum. Dari sinilah maka
dinamika HMI Cabang Kendari berturut-turut mengalami turbulensi
hebat selama beberapa periode.
Upaya meredam konflik yang semakin meruncing setelah
perdebatan tentang penerimaan Pancasila sebagai asas tunggal
dalam kongres HMI maka memerlukan langka-langkah strategis dan
komunikasi efektif. PB HMI pernah mengutus Amrullah Andi Hamid
berkunjung ke HMI Cabang Kendari untuk memberi penjelasan yang
117

