Page 113 - Gadis_Rempah
P. 113

aku maksa. Jadi, Ibu panggilin Pak Wisnu deh,”
            jawab Arumi.
                “Betul juga ibumu. Lagipula itu mobil buat
            apa juga dibiarkan nganggur. ‘Kan sayang,
            hehe ...!” ucap Dinda. Dilihatnya sepintas
            mobil Arumi dengan anggunnya meninggalkan
            gerbang sekolah.
                “Iya juga. Kalau dulu bukan Paman
            Yanuar yang maksa, gak  mungkin ibuku mau
            beli mobil. Ibu selalu mengandalkan becak
            favoritnya itu,” gerutu Arumi.
                “Paman   kamu   benar,  Arumi.  Kalau
            mendadak kamu atau ibumu sakit seperti ini
            misalnya, ‘kan lebih baik naik mobil daripada
            naik motor atau becak. Biar kamu sekali-kali
            tampak seperti orang kaya beneran gitu lhoo.
            Jangan low proile terus,” ledek Dinda.

                “Ish, mulai deh ...,” Arumi melirik Dinda yang
            terkekeh di sampingnya.

                “Tapi ... apa gak  mending kamu istirahat
            dulu di rumah, Arumi. Kamu masih kelihatan
            lemas begitu?” Dinda memperhatikan wajah
            Arumi yang sedikit pucat.

                “Nggak ah. Sendirian terus di rumah juga
            bosan banget. Lagipula kita sekolah tinggal
            hitungan hari aja ‘kan? Bentar lagi juga lulus,”
            ucap Arumi.

                “Iya juga sih. Sekarang sudah enakan,
            ‘kan?” tanya Dinda memastikan.

             105  Bab 8 — Kado berduyun-duyun                                                                                 Gadis Rempah  106
   108   109   110   111   112   113   114   115   116   117   118