Page 114 - Gadis_Rempah
P. 114

aku maksa. Jadi, Ibu panggilin Pak Wisnu deh,”
 jawab Arumi.
 “Betul juga ibumu. Lagipula itu mobil buat
 apa juga dibiarkan nganggur. ‘Kan sayang,
 hehe ...!” ucap Dinda. Dilihatnya sepintas
 mobil Arumi dengan anggunnya meninggalkan
 gerbang sekolah.
 “Iya juga. Kalau dulu bukan Paman
 Yanuar yang maksa, gak  mungkin ibuku mau
 beli mobil. Ibu selalu mengandalkan becak
 favoritnya itu,” gerutu Arumi.
 “Paman  kamu  benar,  Arumi.  Kalau
 mendadak kamu atau ibumu sakit seperti ini
 misalnya, ‘kan lebih baik naik mobil daripada
 naik motor atau becak. Biar kamu sekali-kali
 tampak seperti orang kaya beneran gitu lhoo.
 Jangan low proile terus,” ledek Dinda.

 “Ish, mulai deh ...,” Arumi melirik Dinda yang
 terkekeh di sampingnya.

 “Tapi ... apa gak  mending kamu istirahat
 dulu di rumah, Arumi. Kamu masih kelihatan
 lemas begitu?” Dinda memperhatikan wajah
 Arumi yang sedikit pucat.

 “Nggak ah. Sendirian terus di rumah juga
 bosan banget. Lagipula kita sekolah tinggal
 hitungan hari aja ‘kan? Bentar lagi juga lulus,”
 ucap Arumi.

 “Iya juga sih. Sekarang sudah enakan,
 ‘kan?” tanya Dinda memastikan.

 105  Bab 8 — Kado berduyun-duyun                Gadis Rempah  106
   109   110   111   112   113   114   115   116   117   118   119