Page 335 - MZ004 Sejarah Dunia Yang Disembunyikan
P. 335
JONATHAN BLACK
“AKU PERCAYA KARENA itu absurd.” Frasa terkenal karya pastor
pertama Gereja yang bisa berbahasa Latin, Tertullian, ini meme-
ngaruhi banyak teolog pada akhir abad kesembilan belas dan paruh
pertama abad kedua puluh.
Kita bisa membayangkan betapa absurdnya kehidupan mungkin
tampaknya bagi seorang penduduk Kekaisaran Romawi pada masa
kemerosotannya. Ia tinggal di sebuah dunia yang mengecewakan, di
mana kepastian-kepastian spiritual besar tempat telah didirikannya
peradaban dunia kuno mulai meragukan. Semuanya tidak lagi se-
suai pengalamannya. Pan sudah lama meninggal dan para orakel
pun diam membisu. Tuhan dan dewa-dewa tampaknya merupakan
sesuatu yang sedikit lebih besar daripada gagasan-gagasan yang
abstrak dan kosong, sedangkan pikiran-kehidupan yang benar-benar
bersemangat adalah dalam ranah ilmu pengetahuan dan teknologi,
dalam teori-teori atom Lucretius, dalam proyek-proyek rekayasa
yang luar biasa—saluran air, sistem drainase, dan jalan-jalan ribuan
mil panjangnya—yang bermunculan di mana-mana. Kepastian-
kepastian spiritual telah tergantikan oleh politik yang keras dan
realitas ekonomi.
Akan tetapi, apabila warga ini pernah diingatkan untuk men-
dengarkan bisikan batin jiwanya, ia mungkin saja sudah mem-
perhatikan bahwa putaran roda kebutuhan yang keras dan mekanis
ini, arah dunia baru ini, memperjelas sesuatu yang sangat mirip
kebalikannya, sesuatu yang di tempat lain disebut “jalan tanpa
nama”. Apabila warga ini telah memilih untuk tidak menutup
jalan itu, ia mungkin saja sudah menangkap anjuran-anjuran yang
memancar dari sungai-sungai bawah tanah pemikiran.
Pada persimpangan yang kritis ini, kita bergerak dari zaman
aliran-aliran Misteri menuju zaman perkumpulan-perkumpulan
rahasia, dari mengarahkan laju sejarah oleh elite politik menuju
sesuatu yang jauh lebih subversif yang muncul dari bawah. Sebuah
suasana hati yang baru mengambil alih jiwa-kehidupan para inisiat
yang dapat ditelusuri dalam kehidupan si pandir Tuhan, Francis dari
Assisi, dalam karakter-karakter orang pandir dari Shakespeare serta
dalam karya yang pelan-pelan merongrong dari Rabelais, dalam
324
pustaka-indo.blogspot.com