Page 43 - Masa-il-Diniyyah-Buku-Kedua_Dr.-H.-Kholilurrohman-MA
P. 43
"Huruf ٗ (huruf nafi) pada للها ٗإ هلإ ٗ harus dibaca
panjang minimal tiga harakat (menurut bacaan yang paling fasih),
karena bertemu dengan hamzah pada lafazh هلإ , boleh juga
dipanjangkan sampai maksimal enam harakat, ini juga sesuai dengan
riwayat yang mutawatir, yang dikenal di kalangan ahli qira'ah
dengan "mad munfashil". Lain halnya dengan ٗ pada lafazh jalalah
(للها ), tidak boleh dipanjangkan melebihi dua harakat (mad thabi'i,
yaitu yang sesuai dengan keaslian hurufnya). Adapun jika lafazh
jalalah tersebut bersambung dengan lafazh lain seperti:
للها ليسر دممح للها ٗإ هلإ ٗ
Atau ketika dibaca berulang ulang secara bersambung tanpa berhenti,
maka tidak boleh dipanjangkan lebih dari dua harakat. Kecuali kalau
ha'-nya diwaqafkan (disukun), maka boleh dipanjangkan sampai enam
harakat, ini sesuai dengan riwayat yang mutawatir. Sebagian ulama
menyatakan bahwasanya lafazh jalalah kalau diucapkan pada takbirat
al-Ihram, tidak apa-apa dipanjangkan sampai empat belas harakat
dengan tujuan untuk lebih mengagungkan Allah atau untuk
menghadirkan niat shalat, ini adalah bacaan yang paling panjang
yang dijelaskan oleh para ulama ahli qira'ah, meskipun termasuk
pendapat yang syadz.
"Semua kalimat tauhid harus dibaca tipis (tarqiq), kecuali
lafazh jalalah (harus di tebalkan [tafkhim])".
"Para ulama memberikan larangan bagi siapa saja yang
membaca للها ٗإ هلإ ٗ untuk berhenti pada bacaan هلإ ٗ, karena
mengandung arti ta'thil (menafikan keberadaan Allah), dan harus
40