Page 425 - RISALAH QUSYAIRIYAH
P. 425
"Wahai Abul Qasirn, apakah ada seorang miskin yEu-rt men-
jadi buas karena ilmunya?" tanya seseor€u1t.
"Ya, orang yang miskin jika benar-benar jujur dalam kemis-
kinannya, kemudian kamu berikan ilmu kepadanya, maka ia
akan larut dan meleleh seperti lelehnya timah dalam api," jelas-
nya.
Mudzaffar Al-Qaramsini berkata, "Orattg miskin adalah
orang yang tidak minta kebutuhan kepada Allah."
Ustaz Abul Qasim berkata, "Kata-lalaini agak sedikit kabur.
Maksud pembicaraannya adalah tidak adanya tuntutan kepada
Allah, tidak mengajukan pilihan, bahkan puas dan rela dengan
ketentuan dari Allah."
Abu Abdullah bin I(hafif berkata, "Miskin itu tidak memiliki
apa-apa juga tidak memiliki sifat apapun."
"Tidakbenar kemiskinan seseorErnt sampai ia merasa lebih
senang memberi daripada menerima, dan kedermawanan bukan-
lah orang kaya yang memberi orant miskin. Akan tetapi, keder-
mawan.rn itu adalah orang miskin yang memberi orang kaya,"
kata Abu Flafsh.
Ahmad bin Al-Jalla' berkata, "Kalau bukan karena kemuliaan
tawaduk, pastilah seorErnt miskin akan berjalan dengan gaya
yang sombongJ'
Yusuf bin Asbath berkata, "Sejak empat puluh tahun saya
belum pemah memiliki dua gamis (baju Arab yang panjang)."
Alkisah, seorang ulama sufi bermimpi. Dalam mimpi terse-
but diceritakan bahwa dia bertemu dengan dua orang kawannya
saat hari kiamat tiba. Sebuah suara memberi instruksi malaikat.
"Masukkanlah Malik bin Dinar dan Muhammad bin Wasi' ke
dalam sltrga," kata suara itu. Ulama sufi itu memperhatikan si-
apakah yang lebih dulu masuk surga di antara keduanya. Temya-
ta Muhammadbin Wasi'lebih dulu masuk. Dia ingin tahu raha-
sianya, maka ia tanyakan apa sebab ia lebih dulu masuk surga.
"Karena Muhammad bin Wasi' hanya mempunyai satu gamis,
sedangkan Malik mempunyai dua gamis," jawabnya.
Muhammad Al-Masuhi berkata, "Orang miskin adalah
orang yang tidak terlihat butuh pada perantara apapun."
?a$a- fud* Pcaltla: fua *lta 4ll