Page 108 - Hadits-Jibril-Penjelasan-Hadits-Jibril-Memahami-Pondasi-Iman-Yang-Enam-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA
P. 108
H a d i t s J i b r i l | 91
Juga mustahil bagi para Nabi berbicara salah dalam
berkata-kata (Sabq al-Lisan; keseleo lidah), baik dalam
perkara-perkara syari‟at maupun dalam perkara-perkara
biasa. Karena bila hal ini terjadi dalam perkataan mereka
maka segala kebenaran yang diucapkannya akan diragukan
oleh umatnya. Tentu pula umatnya akan berkata kepadanya:
“Mungkin ia salah ucap ketika menyampaikannya”.
Demikian pula mustahil pula para Nabi terpangaruh akal
mereka oleh sihir.
Kemudian para Nabi juga terpelihara, -baik sebelum
diangkat manjadi nabi atau sesudahnya-, dari segala
kekufuran, dari dosa-dosa besar, dan dari dosa-dosa kecil
yang mengandung kekeruhan dan kerendahan jiwa (al-Khisah
Wa ad-Dana‟ah). Dosa kecil yang mengandung kerendahan
jiwa, seperti mencuri-curi pandang terhadap perempuan
yang bukan mahram, atau mencuri sebiji anggur, dan lain
sebagainya. Adapun dosa kecil yang tidak mengandung
kerendahan dan kekeruhan jiwa, maka pendapat yang kuat
dan didukung oleh ayat-ayat al-Qur‟an mengatakan bahwa
hal tersebut mungkin terjadi pada diri mereka. Akan tetapi
mereka langsung diingatkan oleh Allah untuk bartaubat
sebelum perbuatan mereka tersebut diikuti oleh orang lain.
Contoh dalam hal ini adalah perbuatan Nabi Adam ketika di
surga, beliau mamakan buah dari pohon yang dilarang oleh
Allah. Perbuatan beliau ini adalah dosa kecil yang sama sekali
tidak mengandung kerendahan dan kekeruhan jiwa.
Karenanya di dalam al-Qur‟an Allah berfirman tentang Nabi
Adam:
) ٕٔٔ ْ:وط( ْ ْ مدَ ْ آ ىصعو
َُ
َ َ َ