Page 79 - Masa-il-Diniyyah-Buku-Keempat_Dr.-H.-Kholilurrohman-MA
P. 79

Dalam lafazh  al-Bukhari   dari  ‘Abdullah  ibn ‘Abbas,  berkata:
                                          35
                  “Nabi memboncengkan al-Fadl ibn al-‘Abbas pada hari nahr (ied
                  al-Adlha)  di  belakang  tunggangannya,  al-Fadl  adalah  seorang
                  pemuda berwajah tampan, ketika nabi berhenti untuk memberi
                  fatwa  di  hadapan  manusia,  datang  seorang  perempuan  dari
                  Khats’am berparas cantik meminta fatwa kepada nabi, al-Fadl
                  berpaling  melihat  kepadanya  dan  ia  kagum  dengan
                  kecantikannya,  nabi  menengok  sementara  al-Fadl  tetap
                  memandang  kepada  perempuan  tersebut.  Kemudian  nabi
                  mengangkat  tangannya  memegang  dagu  al-Fadl  dan
                  memalingkannya untuk tidak melihat kepada perempuan itu.
                  Ibn Hajar al-‘Asqalani dalam keterangan hadits di atas berkata:
                  “Ibnu  Batthal  berkata:  Pada  hadits  di  atas  terdapat  perintah
                  untuk memalingkan pandangan bila ditakutkan adanya fitnah,
                  artinya  apa  bila  aman  dari  adanya  fitnah  maka  memandang
                  bukan  hal  yang  terlarang.  Dalam  hadits  ini  pula  terdapat
                  keterangan bahwa selain para isteri nabi; hijab [penutup wajah]
                  bukan suatu kewajiban. Hijab hanya wajib atas para isreti nabi.
                  Jika  wajib  atas  selain  isteri-isteri  nabi,  tentunya  nabi  akan
                  memrintahkan  perempuan  khats’amiyah  tersebut  untuk

                  menutup wajahnya saat ia memalingkan wajah al-Fadl.
                  Pendapat  yang  menyatakan  bahwa  perempuan  khats’amiyah

                  tersebut  saat  itu  sedang  ihram  [hingga  harus  membuka
                  wajahnya], adalah pendapat yang tidak benar. Dengan alasan,
                  bahwa  perempuan  tersebut  saat  menghadap  Rasulullah
                  memiliki  dua  kesempatan;  Pertama  untuk  tujuan  bertanya

                         35  Lihat Shahih al-Bukhari: Kitab al-Isti’dzan: Bab tentang firman Allah :
                  ) مكتيِب يْغ اتيِب ايلخدت ٗ اينماء نُذلا اوُأ اُ(


                                                75
   74   75   76   77   78   79   80   81   82   83   84