Page 107 - Membersihkan Nama Ibn Arabi_Dr. H. Kholilurrohman, MA
P. 107
Membersihkan Nama Ibn Arabi | 105
Secara tegas, kita tarik kesimpulan bahwa dalam agama Islam
tidak terdapat dua ajaran tasawuf; Sunni dan Filosofis. Tasawwuf
dalam Islam hanya satu, ialah tasawuf yang berlandaskan ajaran al-
Qur’an dan Sunnah. Mengakui keberadaan tasawuf filosofis berarti
sama saja dengan menjustifikasi “faham-faham yang menayalahi al-
Qur’an dan Sunnah” sebagai bagian dari ajaran Islam. Padahal
tasawuf filosofis sama sekali tidak akan pernah dapat disatukan
dengan tasawuf sunni. Sementara itu telah jelas bahwa agama Islam
tidak membawa dua ajaran yang saling bertentangan. Secara
sederhana kita katakan bahwa Rasulullah yang merupakan
makhluk Allah paling mulia dan yang paling tinggi derajatnya tidak
pernah mengajarkan faham-faham hulûl dan ittihâd. Hal yang sama
pula tidak pernah diyakini dan tidak pernah diajarkan oleh para
sahabat dalam pelajaran-pelajaran mereka kepada kaum tabi’in di
bawahnya.
i. Fenomena Syathahât; Antara Wali Shâhî Dan Wali Jadzab
Syathahât adalah ungkapan-ungkapan yang keluar dari mulut
seseorang yang mungkin mengandung makna-makna yang
menyalahi ajaran-ajaran Islam. Dalam definisi as-Sarraj syathahât
adalah kata-kata yang merupakan ungungkapan dari al-wajd yang
ada pada diri seseorang yang terkadang dibarengi dengan
pengkuan-pengakuan ganjil atau perbuatan-perbuatan “nyeleneh”,
karena orang tersebut dalam keadaan tidak sadar 122 . Istilah syathahât
dalam tasawuf secara lebih sederhana kemudian dikenal sebagai
kata-kata yang diucapkan oleh sebagian orang yang dianggap
sebagai wali Allah. Contohnya seperti kata-kata “Anâ al-Haqq” (saya
122 Lihat as-Sarraj, al-Luma’, h. 422. as-Sarraj menyebut orang tersebut
dengan al-Mustalab.