Page 126 - Membersihkan Nama Ibn Arabi_Dr. H. Kholilurrohman, MA
P. 126

Membersihkan Nama Ibn Arabi | 124

           yang mengatakan bahwa al-Hallaj dibunuh karena ada unsur-unsur
           politis yang mengharuskan demikian.
                  Selain beberapa pernyataan kufur di atas, pernyataan kufur
           lainnya yang dinyatakan oleh al-Hallaj adalah bahwa seorang yang
           mendidik  jiwanya  dalam  ketaatan,  sabar  dalam  memerangi
           kelezatan  dan  sahwat-sahwatnya,  maka  orang  tersebut  akan  naik
           kepada  tingkatan  al-Muqarrabîn.  Pada  tingkatan  ini  ia  akan  terus
           bertambah  suci  hingga  ia  akan  mencapai  kesucian  dari  unsur
           kemanusiaannya sendiri. Hingga jika pada dirinya sudah tidak ada
           unsur  kemanusiaan  lagi  maka  ruh  tuhan  yang  pernah  menyatu
           dengan  nabi  Isa  akan  menyatu  dengan  orang  tersebut.  Dan  bila
           sudah  demikian  maka  orang  tersebut  tidak  memiliki  kehendak
           kecuali kehendak Allah, dan segala perbuatannya adalah perbuatan
           Allah,  dan  ia  telah  menyatu  dengan-Nya.  Para  pengikut  al-Hallaj
           meyakini bahwa puncak tingkatan tersebut di atas telah diraih oleh
           al-Hallaj 144 .
                  Diriwayatkan  suatu  ketika  al-Hallaj  mengirim  surat  kepada
           beberapa  orang  muridnya.  Dalam  pembukaan  surat  tersebut  al-
           Hallaj menuliskan: “Dari tuhan seluruh makhluk Yang Membentuk
           dalam  berbagai  benda  untuk  hamba-Nya  si  fulan”.  Kemudian
           dalam  suatu  riwayat  ditemukan  beberapa  surat  pengikut  al-Hallaj
           yang mereka tujukan kepada al-Hallaj sendiri. Di dalamnya tertulis:
           “Wahai  Dzat  segala  dzat,  wahai  tujuan  puncak  dari  segala
           keinginan, kami bersaksi bahwa Engkau membentuk dengan suatu



           khalifah  al-Râdli  Billâh,  keyakinan  al-Hallaj  kembali  dihidupkan  oleh  seorang
           bernama Ibn Abi al-Gharâqid, yang mengaku bahwa dirinya sebagai tuhan. Saat
           itu puncak kekuasaan para hakim di Baghdad dipegang oleh Abu al-Husain ibn
           Abi Umar al-Maliki. Lihat al-Syifâ…, h. 246
                 144  Lihat Abu Manshur al-Baghdadi, al-Farq…, h. 198
   121   122   123   124   125   126   127   128   129   130   131