Page 129 - Membersihkan Nama Ibn Arabi_Dr. H. Kholilurrohman, MA
P. 129

Membersihkan Nama Ibn Arabi | 127

           sekali bukan berasal dari ajaran Islam. Bila kemudian ada beberapa
           orang yang mengaku sufi meyakini dua akidah tersebut atau salah
           satunya,  jelas  ia  seorang  sufi  gadungan.  Para  ulama,  baik  ulama
           Salaf maupun Khalaf dan kaum sufi sejati dan hingga sekarang telah
           sepakat dan terus memerangi dua akidah tersebut      148 .
                  Al-Imâm  al-Hafizh  Jalaluddin  as-Suyuthi  menilai  bahwa
           seorang  yang  berkeyakinan  hulûl  atau  wahdah  al-wujûd  jauh  lebih
           buruk  dari  pada  keyakinan  kaum  Nasrani.  Karena  bila  dalam
           keyakinan  Nasrani  Tuhan  meyatu  dengan  nabi  Isa  atau  dengan
           Maryam  sekaligus  (yang  mereka  sebut  dengan  doktrin  trinitas),
           maka dalam keyakinan  hulûl  dan  wahdah al-wujûd Tuhan menyatu
           dengan  manusia-manusia  tertentu,  atau  menyatu  dengan  setiap
           komponen dari alam ini.
                  Demikian  pula  dalam  penilaian  Imam  al-Ghazali,  jauh
           sebelum  as-Suyuthi,  beliau  sudah  membahas  secara  gamblang
           kesesasatan  dua  akidah  ini.  Dalam  pandangan  beliau,  teori  yang
           diyakini kaum Nasrani bahwa al-lâhût (Tuhan) menyatu dengan al-
           nâsût  (makhluk),  yang  kemudian  diadopsi  oleh  faham  hulûl  dan
           ittihâd adalah kesesatan dan kekufuran    149 . Di antara karya al-Ghazali
           yang cukup komprehensif dalam penjelasan kesesatan faham  hulûl
           dan ittihâd adalah al-Munqidz Min adl-Dlalâl dan al-Maqshad al-Asnâ
           Fî  Syarh  Asmâ’  Allah  al-Husnâ.  Dalam  dua  buku  ini  beliau  telah
           menyerang habis faham-faham kaum sufi gadungan. Termasuk juga
           dalam karya fenomenalnya, Ihyâ ‘Ulumiddîn.




                 148   as-Suyuthi,  al-Hâwî…,  j.  2,  h.  130.  Pembahasan  lebih  luas  tentang
           keyakinan kaum Nasrani dalam teori hulûl dan Ittihâd lihat as-Syahrastani, al-Milal
           Wa al-Nihal, h. 178-183
                 149  Ibid.
   124   125   126   127   128   129   130   131   132   133   134