Page 330 - Membersihkan Nama Ibn Arabi_Dr. H. Kholilurrohman, MA
P. 330
Membersihkan Nama Ibn Arabi | 328
kalangan ‘ârif (al-’Ârif al-Muhaqiq). Kecuali kalangan yang lebih
tinggi daripada itu, yang oleh Ibn Arabi disebut al-Kamalah Min
‘Ibâdillâh, tingkatan mereka tidak tersinggung dalam risalah ini.
Karena pada tingkatan tersebut, menurut Ibn Arabi, setiap person
memiliki keadaan-keadaan tersendiri yang satu dengan lainnya
dapat saling berbeda, di mana hal ini membutuhkan pembahasan
rumit dan luas.
Sub judul paling depan dari risalah ini, setelah pembukaan,
adalah “al-Muqaddimah al-Latî Yabtanî ‘Alaihâ Taqrîr Kaifiyyah at-
Tawajjuh al-A’lâ Wa Syara’ithuh Wa Lawâzimuh” (Pendahuluan yang
harus dibangun di atasnya untuk menetapkan tatacara tawajjuh yang
agung, syarat-syarat, dan tuntutan-tuntutannya). Dalam sub judul
ini pertama-tama Ibn Arabi menyegarkan kembali kesadaran bahwa
manusia adalah makhluk Allah. Ia menjadi ada karena ada yang
menciptakannya. Artinya bahwa manusia adalah sebagai sesuatu
yang baharu, ia ada dari tidak ada. Kedua; setelah manusia hidup ia
mendapatkan curahan kenikmatan yang dikaruniakan Allah
kepadanya. Manusia dalam posisinya sebagai makhluk tentu saja
memiliki sifat banyak kekurangan dan kebutuhan. Sementara Allah
sebagai Pencipta sudah tentu memiliki sifat-sifat sempurna dan
tidak membutuhkan kepada apapun.
Penjelasan Ibn Arabi dalam muqadimah risalah ini tentang
adanya perbedaan yang sangat jelas antara al-Khâliq dan al-Makhluk,
memberikan inidikasi kuat bahwa beliau bukan sebagai penganut
akidah ittihâd seperti tuduhan sebagian orang. Simak di antara yang
ditulis Ibn Arabi dalam muqadimah tersebut: