Page 12 - Mengungkap-Kerancuan-Pembagian-Tauhid-Kepada-Uluhiyyah-Rububiyyah-dan-al-Asma-Wa-ash-Shifat-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-277-Hal
P. 12
10 | Mengungkap Kerancuan Tiga Tauhid
beberapa perkara; (1). Seandainya semua orang, baik yang
mukmin maupun yang kafir, sama-sama telah meyakini tauhid
Rububiyyah, seperti yang diyakini oleh at-Taimiyyun, maka
pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir; “Man Rabbuka?” di dalam
kubur menjadi sia-sia, tidak bermanfaat (Tahshil al-Hashil). Untuk
apa? Bukankah semuanya telah mentauhidkan Allah dari segi
tauhid Rububiyyah? Bukankah seharusnya Munkar dan Nakir
bertanya; Man Ilahuka? Tentu pemahaman semacam ini rusak. (2).
Di atas keyakinan at-Taimiyyun, seandainya-pun Malaikat Munkar
dan Nakir bertanya dengan; “Man Rabbuka?”, maka berarti itu
tidak cukup. Tetapi juga seharusnya bertanya dengan; “Man
Ilahuka?”. Karena menurut at-Taimiyyun kata Rabb dan kata Ilah
memiliki makna yang berbeda. Tetapi tidak ada satupun hadits
yang meriwayatkan dengan pertanyaan ganda seperti itu. (3).
Jawaban mayit mukmin saleh terhadap pertanyaan tersebut
adalah; “Allah Rabbi”. Jawaban ini tidak dibantah oleh Munkar
dan Nakir. Misalkan, dengan dikatakan kepada mayit tersebut;
―Itu hanya tauhid Rububiyyah! Mana tauhid Uluhiyyah-nya?‖.
Munkar dan Nakir tidak berkata: ―Jawabanmu terkait dengan
tauhid Rububiyyah, keyakinan itu semua orang memilikinya.
Engkau seharusnya menjawab Allah Ilahi!!”. Munkar dan Nakir
juga tidak meminta dari mayit tersebut untuk mengucapkan dua-
duanya sekaligus; “Allah Rabbi, Allah Ilahi”. Karena Rabbi dan Ilahi
itu memiliki makna yang sama.
(Tujuh): Kitab suci al-Qur‘an yang tidak mengandung
kebatilan sedikitpun tidak pernah mencatatkan pembagian tauhid
kepada Uluhiyyah, Rububiyyah dan al-Asma‟ wa ash-Shifat. Tidak ada
penyebutan dalam al-Qur‘an bahwa Fir‘aun dan Haman, dua
manusia yang sangat durhaka, telah meyakini tauhid Rububiyyah.
Atau sebaliknya, bahwa orang yang tidak mengetahui tauhid
Uluhiyyah maka ia sama kafirnya dengan Fir‘aun dan Haman atau