Page 258 - Mengungkap-Kerancuan-Pembagian-Tauhid-Kepada-Uluhiyyah-Rububiyyah-dan-al-Asma-Wa-ash-Shifat-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-277-Hal
P. 258
256 | Mengungkap Kerancuan Tiga Tauhid
mana yang menghalalkan darah orang Islam yang berkata “La
Ilaha Illallah” diklaim sebagai orang kafir dengan tuduhan bahwa
orang tersebut hanya mengakui tauhid Rububiyyah saja?! Mereka
mengatakan tauhid Rububiyyah saja tidak cukup bagi seseorang
untuk disebut seorang muslim, mereka tidak mau menerima
persaksian “La Ilaha Illallah” hingga orang tersebut mengakui
tauhid Uluhiyyah, faham dari mana ini?! Mereka menolak apa yang
telah dicukupkan oleh Allah dari para hamba-Nya ketika dalam
―Perjanjian Pertama‖ (al-Mitsaq al-Awwal, yaitu di alam arwah)
mereka bersaksi kepada Allah bahwa Allah adalah “Rabb” mereka,
padahal jelas bahwa yang dimaksud dalam hal ini adalah juga
tauhid Uluhiyyah.
Sekarang mari kita lihat secara cermat kepada firman
Allah:
ِ
ِ
) ٖٓ ْ:تلصف(ْاوماق تساْ ُ ثمْ للَّاْانُّ برْاوُ لاقْنَذلاْ نإ
َ
َ
َ
ُ َْ
ُ
َ
َ
Lafazh ayat ini terdapat di dua tempat di dalam al-Qur‘an, dalam
QS. Fushshilat: 20, dan dalam QS. al-Ahqaf: 13. Dalam dua ayat
ini Allah mencukupkan kepada penggunaan kata “Rabbuna” saja,
tidak menambahkannya dengan kata “Ilahuna”. Lalu kita lihat lagi
kepada sabda Rasulullah saat salah seorang sahabatnya meminta
wasiat darinya, Rasulullah berkata:
ِ
ْ مقتساْ ُ ثمْاللْ ِ بيرْلق
ّ ُ
َ
ْ ْ ّ ُ َ َ ْ
Dalam hadits ini Rasulullah tidak memerintahkan untuk
menambahkan kata “Ilahi”. Artinya, seseorang dengan hanya
mengucapkan kata “Rabbi” dalam pengakuan ketauhidan Allah
maka hal tersebut sudah cukup baginya untuk disebut sebagai
mukmin dan ia mendapatkan keselamatan di akhirat kelak jika ia
istiqamah dalam tauhidnya tersebut. Inilah yang dimaksud oleh