Page 256 - Mengungkap-Kerancuan-Pembagian-Tauhid-Kepada-Uluhiyyah-Rububiyyah-dan-al-Asma-Wa-ash-Shifat-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-277-Hal
P. 256

254 | Mengungkap Kerancuan Tiga Tauhid

                                                  ِ ٍ ِ ِ
                                   ِ ٍ ِ
                 ْمهضع بْلاعَ لوْقَ لخْابمْوَ لإْلكْبىَ ذَ لْاذإْوَ لإْنمْوعمْناكْامو
                         َ
                                                 ً
                                                             َ َ
                                       ُّ ُ
                  ْ ُُ َْ َ َ َ َ َ
                                                       ْ ََُ
                                           َ َ
                                                                  ََ
                                              )    ٜٔ ْ:نونمؤهدا( ْ ٍْ ضع بْىَ لع
                                                              َْ َ
            Dalam  dua  ayat  ini  diungkapkan  cukup  dengan  kata  “al-Ilah”,
            tidak diikutkan dengan kata “ar-Rabb”.
                   Lalu dalam ayat lain Allah berfirman:
                                                            ِ ِ
                                          )    ٕٔٚ ْ:فارعلأا(ْمُ كبربْتسَ لَأ
                                                          ْ َّ ُ ْ
            Dalam  ayat  ini  dicukupkan  dengan  kata  “Bi  Rabbikum”,  tidak
            ikutsertakan  dengan  kata  “Bi  Ilahikum”.  Karena  memang
            pemaknaan keduanya sama saja.

                   Kemudian dalam hadits Nabi,  seperti  yang  telah dikenal
            oleh  siapapun,  bahwa  pertanyaan  dua  malaikat  kepada  mayit
            adalah  “Man  Rabbuka?”. Keduanya hanya mencukupkan dengan
            pertanyaan  tauhid  Rububiyyah  saja,  tidak  menambahkan  dengan
            kata “Man Ilahuka?”. Lalu jawaban atas pertanyaan dua malaikat
            tersebut  juga  cukup  dengan  hanya  mengatakan  “Allah  Rabbi”,
            tidak harus menjawab denan tambahan “Wa Ilahi”. Dalam hal ini
            dua  malaikat  tersebut  tidak  berkata:  ―Engkau  hanya  mengakui
            tauhid  ribubiyyah  saja,  itu  tidak  cukup,  engkau  harus  mengakui
            tauhid Uluhiyyah‖.

                   Nabi Ibrahim, yang bergelar Khalilullah, ketika mendebat
            Namrud  yang  mengaku  tuhan,  Nabi  Ibrahi  berkata:  “Rabbi  al-
            Ladzi  Yuhyi  Wa  yumit…”.  Namrud  menjawab:  “Ana  Uhyi  Wa
            umit…”. Kemudian argumen logis yang sangat kuat, Nabi Ibrahim
            dapat  membungkam  Namrud,  dan  membatalkan  pengakuannya
            sebagai  ―yang  berhak  untuk  disembah‖.  Dalam  ungkapan-
            ungkapannya,  Nabi  Ibrahim  hanya  mencukupkan  kepada  kata
            ―Rabb‖, tidak menambahkan kata ―Ilah‖.
   251   252   253   254   255   256   257   258   259   260   261