Page 251 - Mengungkap-Kerancuan-Pembagian-Tauhid-Kepada-Uluhiyyah-Rububiyyah-dan-al-Asma-Wa-ash-Shifat-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-277-Hal
P. 251

Mengungkap Kerancuan Tiga Tauhid  | 249

            hafal sedikit-pun engkau memahaminya dengan pemahaman yang
            salah.  Pendapatmu  itu  sama  saja  dengan  menuntut  penafian
            terhadap segala sebab dan perantara  (wasithah). Padahal alam ini
            semua dibangun di atas hikmah-hikmah adalah sebab dan akibat;
            dalam berbagai  perkara. Pendapatmu itu pula sama  saja dengan
            mengingkari adanya syafa‟at di hari kiamat; yang padahal itu adalah
            perkara  yang  telah disepakati oleh seluruh umat  Islam terhadap
            keberadaannya  (Ma‟lum  Min  ad-Din  Bi  adl-Dlarurah)‖.  Dengan
            demikian, di atas pendapatmu yang sesat ini maka berarti sia-sia
            belaka  bahwa  Allah  menjadikan  alam  ini  dengan  adanya  segala
            sebab dan akibat-akibatnya masing-masing yang tekait dengannya.
            Na‟udzu Billah. Juga berarti, di atas pendapatmu ini, bahwa Umar
            telah  berbuat  kesalahan  besar  --bahkan  dinilai  sebagai  seorang
            musyrik--  ketika  beliau  melakukan  tawassul  dengan  al-‗Abbas;
            paman Rasulullah, dengan berkata:
                                                 ِ
                                            ِ
                                    ْ سابعلاْانيبنْمعبْكيلإْلسو ت نْنَإْمهّ للا
                                        َّ َّ َ
                                                           ََ ّ
                                               َّ َ
                                                                ّ ُ
                                                       ُ ّ َ
            “Yaa  Allah,  sesungguhnya  kami  bertawassul  kepadamu  dengan
            (perantara/wasilah) paman Nabi kami; al-„Abbas...”. Kesimpulannya;
            pernyataanmu di atas sama  saja dengan menafikan realitas yang
            ada,  yaitu  pengingkaran  terhadap  segala  sebab  dan  akibat-
            akibatnya, pengingkaran terhadap perantara-perantara dan wasilah-
            wasilah  (al-Wasa-ith  wa  al-Wasa-il).  Ini  perkataan  mengingkari
            hukum  kausalitas  dan  menyalahi  Sunnah  Ilahiyyah,  oleh  karena
            Allah  menciptakan  segala  apapun  dari  alam  ini  dengan
            dihukumkan kepada sebab dan akibat. Termasuk mereka sendiri
            ketika  melemparkan  tuduhan  “kafir”  terhadap  umat  Islam  yang
            melakukan  tawassul  dengan  para  Nabi  atau  orang-orang  saleh
            adalah berangkat dari adanya ―sebab‖, artinya dengan tanpa sadar
            mereka sendiri sama saja telah mengkafirkan diri mereka sendiri,
            karena  mepraktekan  “sebab”.  Sesungguhnya,  mereka  –atau
   246   247   248   249   250   251   252   253   254   255   256