Page 24 - Kisah perjalanan SUPARDI 2901-1-123
P. 24
Terjemahannya,
Inilah kidung untuk penjagaan diri(di malam hari ). Yang
menjadikan kuat,
selamat, terbebas dari semua penyakit. Terbebas dari segala
petaka. Jin
dan setan pun tidak mau. Segala jenis sihir tidak mempan. Apalagi
perbuatan orang jahat. Guna-guna tersingkir. Api menjadi air.
Pencuri menjauh,
tidak ada yang berani mendekat. Segala bahaya akan menghilang.
Kidung ini dimaksud untuk penjagaan diri karena kondisi dan
situasi zaman itu. Masyarakat masih belum mengenal ajaran Islam
dengan baik. Kidung ini dapat diamalkan kapan saja, apabila dirasa
perlu, biasanya di tengah malam yang sepi.
Intinya adalah bahwa manusia wajib terus berusaha menjaga
keselamatan dari segala mara bahaya yang disebabkan oleh
manusia jahat maupun jin iblis. Manusia harus selalu ingat dan
dekat dengan Allah, tempat untuk mengadu dan memohon. Di
era sekarang, sepertinya masih relevan untuk diamalkan karena
kidung ini disadur dari surat Al-Qur.‟an. Perhatikan ayat Kursi
dan surat Al Falaq.
Bagi generasi yang sudah mengenal Islam, tentu mengerti bahwa
doa yang terbaik adalah dengan mendirikan sholat.
2. Tentang budi pekerti, tata krama, dan etos kerja
Disunting dari ajaran Susuhunan Paku Buwono 1V, Raja Keraton
Surakarta, dalam “Wulangreh”, berikut,
Podho gulangen ing kalbu.
Ing sasmito amrih lantip.
Ojo pijer mangan nendro.
Kaprawiran den kaesthi.
Pesunen sariraniro.
Sudanen dhahar lan guling. (Kinanthi)
Terjemahannya,