Page 45 - Kisah perjalanan SUPARDI 2901-1-123
P. 45
ada rubrik mewarnai gambar yang aku suka. Ada juga buku
bacaan wajib yang masih aku ingat, berjudul “Pantjaran Bahagia”
karangan Sutan Syanif dan buku “Matahari Terbit” karangan
Oesman, yang boleh dipinjam dari sekolah dan boleh dibawa
pulang. Kedua buku bacaan itu menceritakan tentang harapan
masa depan bangsa setelah mencapai kemerdekaan, yaitu
masyarakat adil makmur sejahtera.
Dari banyak membaca dan mendengar cerita para guru, aku mulai
mengenal dan mengagumi para tokoh perjuangan, terutama sosok
IR. SOEKARNO, presiden pertama Indonesia, sehingga sejak saat
itu aku mengidolakan beliau, terobsesi ingin menjadi seorang
INSINYUR.
Tahun 1958, terjadi lagi peristiwa politik, yaitu terjadi peristiwa
pemberontakan oleh kelompok yang ingin mengoreksi dan
meluruskan pemerintahan Presiden Soekarno. Di Sumatera Barat
disebut PRRI (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia), di
bawah pimpinan Letkol Ahmad Husein, yang kemudian disusul
dengan Permesta (Perjuangan Rakyat Semesta) di Sulawesi
Selatan, dibawah pimpinan Letkol Ventje Sumual. Walaupun
peristiwa itu tidak berpengaruh apapun kepada kami, kami hanya
mendengar dari guru dan tidak mengerti tentang apapun yang
terjadi, tetapi kepada para murid digalakkan untuk menyanyikan
lagu-lagu perjuangan, bahkan diadakan lomba antarkelas maupun
antarsekolah.
Sewaktu aku di kelas 4, ada kejadian yang membuat aku traumatik
karena aku nyaris tersambar petir. Ceritanya demikian. Suatu hari
aku bersama teman-teman menonton pertandingan bola
dilapangan PPC desa Kerjo. Di tengah pertandingan tiba-tiba
hujan turun. Kebetulan ada dua orang teman yang membawa
payung, maka kami yang tidak berteduh di emperan rumah
penduduk, membentuk 2 kelompok berteduh dibawah payung.
Tiba-tiba terjadi ledakan keras. Petir menyambar kelompok di
sebelahku yang berjarak kira-kira 5 meter. Seketika itu terdengar
jeritan dan mereka terkapar. Terjadilah kepanikan. Kami yang

