Page 86 - Kisah perjalanan SUPARDI 2901-1-123
P. 86
Bergerak lebih dari 7 langkah masih berlaku ketentuan bahwa
Capratar harus berlari. Setiap hari kami mesti berpakaian PDLT
lengkap dengan membawa senjata dan beban dalam ransel 15 kg.
Apabila berlari dalam bentuk barisan, kami diwajibkan bernyanyi.
Katanya untuk memberikan semangat. Lelah sudah pasti. Oleh
karena itu, menjadi pemandangan biasa apabila mengikuti
pelajaran di ruangan, kami bisa tertidur, bahkan yang
mengherankan sambil berjalan atau berlari pun bisa tertidur.
Inilah lagu wajib, yang harus kami nyanyikan sembari berlari,
Lari lari tiap hari, agar kuat otot kaki.
Badan lelah tak mengapa karena kita para Taruna.
Hehahahehaho, hehahahehaho hah.
Selama di Chandradimuka, hampir semua kegiatan, pelajaran, dan
latihan masih ditujunkan untuk membentuk mental dan fisik,
mengubah mental sipil menjadi mental prajurit yang tanggon dan
trengginas, siap menempuh badai, tegar menghadapi kesulitan,
pantang menyerah, dan tidak manja. Bahkan tindakan atau
hukuman disiplin yang diberikan oleh para Taruna senior pun
diarahkan kesana, seperti menancapkan bendera kompi di puncak
Tidar atau memetik bunga kamboja di pemakaman Giriloyo
setelah apel malam.
Latihan puncak kami adalah latihan berganda, mengaplikasikan
semua pelajaran yang telah didapat secara terintegrasi, berlokasi
di perbukitan Menoreh dan sekitarnya. Mulai dari Borobudur
berakhir di lapangan tembak Plempungan. Ada kegiatan yang
paling mengesankan dan membuat nyaliku kecil adalah “Caraka
Malam”. Kegiatan “Caraka Malam” yaitu secara perorangan
menyampaikan berita lisan dari satu pos ke pos lain, yang berjarak
sekitar 2 km, di malam hari, melewati sawah, ladang, kuburan,
dan menyeberangi sungai Bogowonto. Yang membuat merinding
adalah di tengah jalan diganggu dan ditakut-takuti oleh pelatih
dengan bau bakaran kemenyan, suara tangis, lolongan anjing liar
bahkan dengan pocong yang digantungkan di pohon dekat

