Page 89 - Kisah perjalanan SUPARDI 2901-1-123
P. 89
Biar badan hancur lebur, kita kan bertempur.
Membela keadilan suci, kebenaran murni.
Dibawah dwi warna panji, kita kan berbakti.
Mengorbankan jiwa dan raga, membela ibu pertiwi.
Demi Allah Mahaesa, kami kan bersumpah.
Setia membela nusa dan bangsa, tanah tumpah darah.
Selanjutnya himne ini akan selalu dinyanyikan bersama, apabila ada
acara-acara resmi Taruna, bahkan oleh para alumni bila mereka
mengadakan reuni, sarasehan, seminar, atau pertemuan-
pertemuan khusus.
Aku berhasil menyelesaikan masa basis ini, walaupun sedikit
bersusah payah. Tiga bulan yang terasa sangat lama tersebut,
selain berhasil mencetak prajurit siap tempur, ternyata juga telah
menumbuhkan rasa patriotisme, rasa senasib sepenanggungan,
rasa setia kawan, rasa sederajat. Berbagai rasa tersebut pada
gilirannya menumbuhkan jiwa korsa, “espri de corp”, yang kuat,
tidak hanya selama menjadi Taruna, tetapi hingga menjadi Perwira
bahkan setelah pensiun.
Dengan telah selesainya pendidikan basis militer, 11 Desmber
1965, tibalah saatnya kami dilantik sebagai PRAJURIT TARUNA.
Pada hari itu di stadion Tidar, kepada kami disematkan tanda
pangkat chevron bengkok warna merah, epolet AMN dan baret
coklat kebanggaan. Pada baret Taruna terpasang emblem dengan
sesanti “ADITHAKARYA,MAHATVAVIRYA,NAGARABHAKTI”,
sedang pada evolet terdapat symbol ELE, ciri khas untuk Taruna
AMN. Jadilah aku prajurit yang berpangkat paling rendah di
Angkatan Darat.
Sejak itu aku resmi menjadi Taruna AMN setelah mengucapkan
“Sumpah Prajurit” dan “Sapta Marga” dihadapan Gubernur,
selaku Inspektur Upacara. Pelantikan tersebut disaksikan oleh
pejabat teras AMN dan para orang tua Taruna yang diundang
untuk menyaksikan anak-anak kebanggaan mereka.

