Page 92 - Kisah perjalanan SUPARDI 2901-1-123
P. 92
Aku tidak mengira bahwa bapak dan simbok akan hadir pada
acara ini. Aku tidak yakin beliau bersedia dan berani hadir.
Namun, aku tetap mencari dan memandangi tribun di mana para
orang tua hadir. Ternyata, bapak terlihat ada di sana. Tidak sulit
menemukan bapak di antara mereka karena pakaian bapak yang
berbeda dari para tamu lainnya. Bapak satu-satunya yang
berpakaian tradisional Jawa, memakai surjan, berbebed kain, dan
berblangkon didampingi mas Yahyo. Simbok tidak kelihatan ikut
hadir.
Aku segera berlari menuju mereka yang tertegun karena tidak
mengenali aku. Bisa jadi karena aku menjadi kurus, hitam, tetapi
tegap. Ada rasa haru, bangga, dan bahagia dimata beliau. Tentu
kami bertiga menjadi perhatian sejenak dari para tamu lain karena
pakaian bapak yang sungguh menunjukkan bahwa kami berasal
dari desa, suatu pemandangan yang tidak lazim. Sayang kami
hanya bisa sejenak bertemu sehingga aku belum sempat
menceriterakan perjalananku hingga menjadi Taruna.
Sungguh aku merasa sangat terharu akan kehadiran bapak. Bagi
bapak yang sudah berusia lanjut, perjalanan ke Magelang tentu
melelahkan. Inilah pertama kali bapak pergi jauh, naik kendaraan
bis dari Ponjong. Demi melihat anaknya, bapak sanggup dan
berani datang pada upacara wisuda jurit yang megah ini.
Masa PRAJURIT TARUNA,
Setelah menjadi Prajurit Taruna (Pratar), kami tidak lagi dalam
Komando Batalyon Chandradimuka, tetapi di bawah Komando
Batalyon Remaja. Kehidupan kami semakin teratur, dengan
jadwal dan disiplin yang tetap ketat. Mata kuliah dan latihan
semakin bervariatif, tetapi belajar di kelas masih lebih sedikit
dibandingkan dengan belajar di lapangan. Kegiatan lari tiap hari
tidak berkurang, bahkan ada istilah baru bagi kami, “orbit”. Orbit
yaitu lari mengelilingi komplek setelah apel malam, layaknya
satelit yang mengelilingi bumi.Istilah ini menjadi tren mengikuti
berita keberhasilan satelit “Appolo”nya Amerika yang sedang
diluncurkan mengorbit mengelilingi bumi.

