Page 87 - Kisah perjalanan SUPARDI 2901-1-123
P. 87
kuburan. Horror sekali. Namun, berkat tekad, harga diri karena
teman bisa, dan pengalaman masa kecil, ternyata aku bisa
melewati.
Kegiatan lain yang mencekam adalah veerdoof yaitu merayap
dibawah hamparan kawat berduri, di bawah lintasan peluru yang
ditembakkan dari senapan mesin dan di kiri kanan diledakkan
bom plastik. Rasanya, seperti saat menjalani awal prabakti.
Dengan berakhirnya latihan ini, berarti kami sudah dinyatakan
berhasil menjadi prajurit siap tempur yang tanggon, trengginas,
dan mahir menembak.
Masa pendadaran Chandradimuka diakhiri dengan upacara
mengibarkan bendera merah putih di puncak Tidar.
Sebagai informasi tentang bukit Tidar, aku cuplikkan dari kisah
berikut.
Tidar adalah bukit kecil yang misterius ditengah kota Magelang.
Menurut legenda yang dipercayai orang Jawa, pada zaman dahulu
pulau Jawa selalu bergoyang layaknya kapal di lautan. Untuk
menghentikan goyangan itu, di tengah pulau perlu dipaku. Bukit
Tidar diyakini sebagai tengahnya pulau Jawa, maka di sanalah paku
harus ditancapkan.
Konon zaman dulu, penghuni Tidar bukan manusia, tetapi
sekelompok jin dan demit yang dikomandani oleh Sabdo Palon.
Nama Tidar diambil dari akronim “maTI” dan “moDAR” yang
artinya “meninggal”. Siapa pun yang berani menginjakkan kaki
tanpa ijin para jin dan demit di sana pasti akan menemui
kematian.
Kabar itu tersiar sampai ke negeri antah berantah yang kemudian
rajanya mengirimkan Syech Subakir, orang kepercayaan raja yang
ahli mengusir setan dan biasa memasang tumbal. Hal tersebut
dilakukan untuk mengusir para jin dan menancapkan paku di
puncak bukit Tidar. Setibanya di Tidar terjadilah perkelahian
antara Sabdo Palon dan Syech Bakir yang dimenangkan oleh
Syech Bakir. Syech Bakir kemudian menancapkan tombak di
puncak Tidar. Konon, sejak saat itu, goyangan pulau Jawa
berhenti. Oleh karena itu, disebutlah bukit Tidar sebagai paku

