Page 82 - Kisah perjalanan SUPARDI 2901-1-123
P. 82
Rasa lelah yang berkepanjangan memunculkan perasaan berat di
hati untuk bisa melanjutkan, apalagi ada provokasi dari Taruna
senior. Saat kami mendapat hukuman disiplin, ada Taruna senior
yang meneriakkan kata-kata, “SIAPA YANG MAU BERHENTI,
SILAHKAN KELUAR BARISAN”, “MUMPUNG INI BARU
PERMULAAN”. Hal tersebut membuat aku agak berkecil hati.
Rupanya ada beberapa teman yang terprovokasi. Mereka benar-
benar keluar barisan dan akhirnya justru menjadi bulan-bulanan
senior. Tekanan fisik dan mental yang bertubi-tubi tersebut
membuat banyak teman yang jatuh sakit bahkan sampai dirawat di
KSA.
Aku betekad, “rawe-rawe rantas, malang-malang putung”. Sudah
kepalang tanggung, tidak ada kata mundur, aku harus kuat, aku
harus berhasil. Prinsipku adalah, “apabila temanku bisa, mengapa
aku tidak”.
Setelah berlangsung selama 2 minggu yang rasanya sangat lama,
masa prabakti diakhiri ditandai dengan penurunan bendera
prabakti pada sore hari terakhir. Pada malam harinya dilakukan
pembakaran atribut nama suci. Tidak ada lagi panggilan “monyet”,
diganti dengan “Calon Prajurit Taruna (Capratar)” dan para
Taruna senior kembali memperlakukan kami sebagai adik atau
juniornya. Tidak ada lagi tindakan kekerasan. Tidak ada lagi
panggilan “Panglima” untuk Sermatar, “Hulubalang” untuk Sertar
dan ”Algojo” untuk Koptar. Kami memanggil mereka sesuai
dengan pangkat dan namanya. Aku merasa lega, apalagi melihat
kakak-kakak Taruna senior yang gagah-gagah dan kembali
bersahabat.
Kepada kami resmi diberi Nomor Akademi (No AK) yang harus
dihafal diluar kepala selama menjadi Taruna. Setiap laporan
dengan menyebut nama, selalu diikuti dengan menyebut No AK.
Aku mendapat No AK, 65343.
Rupanya di tengah masa prabakti, telah terjadi peristiwa politik
besar. Terjadi tragedi Nasional, peristiwa pemberontakan PKI
terhadap Pemerintah, yang dikenal dengan sebutan “G 30 S PKI”,

