Page 80 - Kisah perjalanan SUPARDI 2901-1-123
P. 80
minum air putih serta dengan mata ditutup serbet diberi makan
mi bulat yang direndam dalam levertran, minyak ikan sehingga
terasa seperti makan cacing sungguhan. Kejadian hari itu sungguh
membuat goncangan bagiku sehingga membuat otakku terasa
kosong.
Kondisi ini rupanya memang diciptakan sebagai “shock terapi”
dan “cuci otak” agar Catar siap menghadapi kegiatan selanjutnya
yang bisa jadi lebih berat tanpa kendala. Kegiatan prabhakti
merupakan kegiatan awal, bagian dari pendadaran di kawah
Chandradimuka. Mulai saat itu diawali dengan mengibarkan
bendera prabakti di puncak bukit Tidar pada hari kedua,
selanjutnya dilaksanakan kegiatan siang malam, tidak mengenal
waktu.
Istilah “Chandradimuka” diambil dari kisah pewayangan, yaitu
suatu tempat, yang berupa kawah gunung berapi, di mana
Bambang Tutuko, seorang bayi, anak dari Bima dan Arimbi,
diceburkan ke dalamnya, dilempari dengan berbagai senjata dan
anak panah. Atas kehendak Dewa, bayi Tutuko bukannya tewas
dan hancur luluh, tetapi justru tumbuh menjadi besar, menjelma
menjadi Gatotkaca yang gagah perkasa, sakti mandra guna.
Kiranya seperti itulah sasaran yang ingin dicapai dengan
dilaksanakannya pendadaran di Chandradimuka ini.
Selama masa prabakti, semua kegiatan diarahkan untuk melatih
mental dan fisik. Latihan mental dilakukan dengan mengosongkan
fikiran dari jiwa-jiwa yang kerdil seperti egois dan sombong
karena perbedaan status sosial, kondisi phisik, asal usul daerah,
asal usul keturunan, suku, sekolah, dan lainnya. Hal tersebut
dilakukan agar semua calon taruna berada dalam posisi yang
setara. Latihan mental juga ditujukan untuk menghilangkan sifat-
sifat yang cengeng, manja, malas, dan penakut agar menjadi orang
yang tegar dan berani.
Selama masa ini, kami direndahkan sedemikian rupa, bahkan
panggilan untuk kami adalah “monyet” dan diberi nama “suci”

