Page 76 - Kisah perjalanan SUPARDI 2901-1-123
P. 76

Pada  kesempatan  ini,  aku  baru  menulis  surat  kepada  orang  tua
               dan  Lik  Yasir  untuk  mengabarkan  bahwa  aku  diterima  sebagai
               calon  Taruna.  Sebelumnya,  aku  tidak  pernah  mengirim  surat
               karena aku takut gagal. Melalui surat itu aku pamit dan memohon
               doa restu untuk menjalani pendidikan militer.
               Untuk membeli prangko dan kertas, aku menjual pakaian bekas
               dan  sarung  yang  aku  bawa  kepada  pelayan  di  Trapus.  Menurut
               panitia, semua pakaian itu tidak akan terpakai lagi selama dalam
               pendidikan.

               Pada  waktu  yang  sudah  ditetapkan  kami  diberangkatkan  ke
               Magelang dengan KA dari stasiun Bandung. Ada kejadian lucu di
               stasiun selama kami menunggu. Sambil menunggu keberangkatan
               kereta, para “calon Jenderal” itu pamer kegagahannya, petentang
               petenteng  jalan-jalan  sekitar  peron  dengan  sepatu  boot  yang
               bawahnya  berpaku.  Rupanya  ubin  disana  sangat  licin,  dan  para
               catar belum terbiasa memakai sepatu itu, maka terjadilah musibah
               bagi para “calon Jenderal” itu. Banyak yang terpeleset dan jatuh
               bergelimpangan dan menjadi tertawaan para penumpang lain dan
               kami semua.

               Kami diberangkatkan sore hari dengan gerbong khusus langsung

               ke stasiun KA Magelang. Waktu itu masih ada kereta api jurusan
               Yogyakarta-Magelang.  Perjalanan  dilakukan  malam  hari  sehingga
               tidak  banyak  kegiatan  yang  kami  lakukan.  Lalu,  sesuai  arahan
               bapak-bapak pendamping, kami disarankan banyak istirahat untuk
               persiapan besok. Kami menggunakan waktu untuk banyak tidur.
               Setelah  sarapan  pagi  nasi  bungkus  di  stasiun  Yogyakarta,  kami
               melanjutkan perjalanan ke Magelang.

               Kami tiba di stasiun Mertoyudan Magelang pada pagi hari. Setelah
               disusun  dalam  barisan,  kami  disambut  drumban  Taruna,  Canka
               Lokananta. Selanjutnya, dengan mengikuti langkah drumban, kami
               melangkah dengan rasa bangga, menuju ksatrian AMN. Sepanjang
               jalan  berjejer  masyarakat,  aku  mengira  mereka  mengelu-elukan
               kami,  tetapi  bisa  jadi  mereka  hanya  sekadar  mau  melihat
   71   72   73   74   75   76   77   78   79   80   81