Page 72 - Kisah perjalanan SUPARDI 2901-1-123
P. 72
mereka aku mendengar bahwa di AMN ada beberapa jurusan,
antara lain jurusan tempur, teknik, dan administrasi. Aku
berharap bisa mengambil jurusan Teknik, khususnya jurusan Zeni,
yang kabarnya tugas pekerjaanya mendekati cita-citaku. Aku
memang kurang pergaulan dan kurang pengetahuan.
Tiba di stasiun Bandung setelah waktu zuhur. Di stasiun kami
dijemput oleh panitia dan sudah disiapkan truk-truk militer untuk
mengangkut kami ke asrama Transito Pusat (Trapus) di Lembang.
Di sana, kami akan berkumpul bersama teman-teman lain dari
seluruh Indonesia, kecuali dari Irian Barat. Tiba di Trapus kami
disambut dengan udara yang sangat dingin, seperti udara di desa
pada musim bedhidhing. Setelah tidak digunakan untuk
menampung calon Taruna, Asrama Trapus sekarang dibangun
menjadi kampus Pusdik Ajenad.
Di Trapus dibagikan peralatan makan berupa misting, sendok
garpu, muk minum, peralatan mandi berupa gayung, sikat gigi,
sabun mandi, sabun cuci, serta selimut.
Apabila tiba waktu makan, kami antre mengambil makan dengan
misting masing-masing. Nasi yang kami ambil terlambat dimakan
akan menjadi keras seperti nasi aking,dan sayurnya dingin seperti
baru dikeluarkan dari kulkas. Hal tersebut karena dinginnya angin
di Lembang. Mungkin ini juga dimaksudkan sebagai bagian dari tes
mental bagi para calon. Bagiku hal seperti ini tidak menjadi
masalah karena yang lebih buruk dari ini pun sudah aku alami.
Misalnya, waktu paceklik di desa, aku pernah makan nasi gogik,
tiwul kering, atau jengki, nasi dari kulit singkong yang sudah
dikeringkan dengan sayur bonggol pisang. Namun, banyak teman
yang mempermasalahkan. Mereka menggerutu dan mereka yang
mempunyai uang memesan makanan dari luar melalui pelayan,
atau jajan lewat pagar belakang kepada penjual lotek yang mangkal
di sana.
Mengikuti seleksi lanjutan di tingkat pusat.
Kegiatan di Trapus memakan waktu cukup lama, hampir satu
bulan. Maklum yang mengikuti seleksi sekitar 1000 orang. Setiap

