Page 68 - Kisah perjalanan SUPARDI 2901-1-123
P. 68
menerima terror. Tanah miliknya akan diambil sebagian oleh BTI.
Tanah tersebut akan dibagikan kepada anggauta BTI yang tidak
mempunyai tanah garapan. Aku semakin merasa khawatir.
Aku kemudian berfikir realistis, menyikapi situasi politik yang
semakin tidak kondusif serta kondisi ekonomi orang tua yang
tidak kunjung membaik. Untuk sementara, aku harus menunda
keinginan menjadi INSINYUR, tetapi aku harus tetap bisa
melanjutkan pendidikan minimal setingkat Akademi. Hal tersebut
agar aku bisa segera mendapatkan pekerjaan setelah lulus. Aku
mulai berburu akademi apa, yang menjanjikan masa depan.
Syukur-syukur ada yang memberikan beasiswa atau ikatan dinas.
Ada beberapa yang menarik minatku, antara lain ATPU (Akademi
Teknik Pekejaan Umum) di Bandung, APDN (Akademi
Pemerintahan Dalam Negeri) di Jakarta, dan LAN (Lembaga
Administrasi Negara) di Jakarta. Ketiga Akademi itu menjanjikan
beasiswa dan pekerjaan setelah lulus Pendidikan.
Salah satu yang sangat menarik adalah AMN (Akademi Militer
Nasional) yang juga memberi bea siswa all in secara penuh,
diasramakan, dan memberikan jaminan pekerjaan setelah lulus.
Spanduk yang terpasang di jalan dan di kantor Korem dan Kodim
Yogya, dan iklan di RRI isinya sangat menarik. Isinya bukan “AMN
menerima pendaftaran Calon Taruna”, tetapi “Angkatan Darat
memanggil para pemuda yang patriotik, lulusan SMA Pas/Pal dan
STM untuk dididik menjadi Perwira yang berjiwa Ksatria, Penjaga,
dan Pembela Tanah Air, yang tanggap, tanggon, dan trengginas di
Akademi Militer Nasional”.
Aku merasa tergelitik dan terpanggil dengan iklan itu. Aku
teringat kepada saran temanku SMP untuk masuk AMN. Aku
berfikir walaupun tidak sesuai dengan cita-cita, tetapi apabila aku
bisa menjadi tentara, maka aku akan aman dan keluargaku
terlindungi dari situasi politik seperti yang terjadi saat itu.
Ternyata pendaftaran dilaksanakan sebelum pengumuman hasil
ujian SMA dengan persyaratan menyerahkan surat keterangan

