Page 63 - Kisah perjalanan SUPARDI 2901-1-123
P. 63

Sepulang sekolah biasanya aku singgah ke pasar membantu bulik
               menyimpan  barang  dagangannya  dan  makan  siang.  Setelah
               membantu  bulik  kadang  bersama  teman  aku  bersepeda  keliling
               kota. Hampir seluruh penjuru kota sudah sempat aku lewati.

               Di kelas 1, semua siswa belajar materi pelajaran yang sama. Kami
               diwajibkan  mengikuti  kegiatan  ekstrakurikuler  Kepanduan  yang
               sudah  berubah  istilah  menjadi  Pramuka  dan  memilih  salah  satu
               kegiatan prakarya yang berlanjut hingga kelas 3. Selama di kelas 1,
               tidak  ada  kendala  pelajaran  yang  aku  hadapi.  Aku  menempati
               ranking ketiga waktu naik kekelas 2.

               Di kelas 2, sudah ada penjurusan. Berdasarkan kepada kurikulum
               “Gaya  Baru”  yang  ditetapkan  sejak  1961.  Ada  4  jurusan,  yaitu
               jurusan BUDAYA dengan titik berat materi pelajaran Bahasa dan
               Seni, jurusan SOSIAL dengan titik berat mata pelajaran Ekonomi
               dan  Kewarganegaraan,  jurusan  PAS  dengan  titik  berat  mata
               pelajaran Matematika, serta jurusan PAL dengan titik berat mata
               pelajaran  Pengetahuan  Alam  dan  Kimia.  Dengan  melihat    nilai
               rapor, aku diberi kesempatan untuk memilih jurusan, SOS, PAL,
               atau  PAS.  Cita-citaku  ingin  menjadi  IR  dan  aku  merasa  mampu
               sehingga aku memilih jurusan PAS.


               Ternyata yang memilih dan dimasukkan ke kelas 2 PAS hanya 35
               orang siswa, 3 diantaranya perempuan. Mereka adalah orang yang
               pandai matematika. Hanya terdapat 35 orang sehingga kelas PAS
               hanya ada satu. Kelas lainnya, BUD dua  kelas, SOS dua kelas, dan
               PAL dua kelas.  Hingga kelas 3, teman sekelasku tidak berubah.
               Oleh  karena  itu,  mayoritas  siswanya  laki-laki  dan  tidak  ada
               perubahan personel. Hal tersebut membuat kami menjadi jenuh
               sehingga  kelasku  dikenal  sebagai  kelas  nakal.  Guru-guru  pun
               sering diganggu, terutama guru-guru yang dianggap killer dan guru
               perempuan  yang masih muda. Kami pernah mendapat hukuman
               dari  wali  kelas,  pak  Soetjipto,  korve  halaman  dan  mengecat
               dinding sekolah selama satu minggu. Hal tersebut disebabkan ulah
               tiga  sekawan  yang  sangat  bandel,  Romzy  (anak  Menteri  Urusan
   58   59   60   61   62   63   64   65   66   67   68