Page 71 - Kisah perjalanan SUPARDI 2901-1-123
P. 71
BAIK SEKALI dan ISTIMEWA. Aku tidak tahu masuk urutan
keberapa, yang pasti aku tidak termasuk dalam 10 besar.
Dengan rasa percaya diri, aku mengambil ijazah dan salinannya,
sambil melapor dan mohon doa restu kepada Kepala Sekolah,
Mr.Poerwoko bahwa aku dan seorang teman, Prapto Yudono
akan melanjutkan seleksi masuk AMN.
Pada hari yang sudah ditentukan panitia, kami berkumpul kembali
di Rindam Magelang untuk diberangkatkan ke Transito Daerah di
Semarang untuk selanjutnya mengikuti seleksi tingkat pusat di
Bandung. Ada perasaan gembira, tetapi juga khawatir karena
kabarnya seleksi tingkat pusat lebih berat dan memakan waktu
lama. Apabila aku gagal maka kesempatan untuk ikut seleksi
masuk perguruan tinggi lain sudah tidak ada dan aku akan menjadi
pengangguran. Hal tersebut akan membuat beban fikiran bagi diri
sendiri dan orang tua. Maka aku bertekad harus lulus.
Kami diberangkatkan ke Semarang dengan naik truk militer.
Namun, kami senang-senang saja. Perjalanan sekitar 2 jam itu
tidak terasa melelahkan. Di Semarang kami ditampung d iasrama
prajurit dekat stasiun KA Poncol. Udara di Semarang sungguh
panas, berbeda dengan di Magelang yang sejuk, ditambah lagi di
asrama banyak nyamuk. Untung di Semarang tidak lama, hanya 2
hari. Setelah menyelesaikan administrasi dan mendapatkan
penjelasan dari pejabat Kodam, kami diberangkatkan ke Bandung
dengan naik kereta api, dikawal oleh personil Kodam. Menuju
Bandung kami diberangkatkan dari Stasiun Tawang, sore hari,
dengan sepur truthuk, kereta api kelas ekonomi, ditempatkan
dalam dua gerbong khusus.
Inilah pertama kalinya aku naik kereta api. Rasanya perjalanan ke
Bandung memakan waktu lama, hampir 20 jam, karena di setiap
stasiun, kereta pasti berhenti. Selama perjalanan kami diberi
ransum nasi bungkus. Dalam perjalanan yang panjang itu, aku
mendengarkan celoteh teman-teman bahwa AMN adalah
sekolahnya para calon Jenderal. Aku hanya menjadi pendengar
karena sungguh waktu itu aku tidak mempunyai gambaran. Dari

